PERGURUAN TINGGI JANGAN MEMBISU TERHADAP TANTANGAN MASYARAKAT

Tranformasi sosial dan revolusi IT telah menimbulkan perubahan tantangan bagi para akademisi, tidak saja bagaimana mengajar dengan baik, menulis, dan menghadirkan referensi-referensi standar, tetapi juga harus mengkaji ulang keberadaan fakultas, prodi, kurikulum, dan silabus. Bahkan keberadaan universitas dan perguruan tinggi kita. Sejalan dengan itu harapan masyarakat terhadap perguruan tinggi yang semakin tinggi agar mereka dapat menghadapi tantangan-tantangannya sendiri.

Demikian disampaikan Rektor UIN Sumatera Utara, Prof. Dr. Suahrin Harahap, MA saat menyampaikan ceramahnya di depan Rapat Kerja Pimpinan IAIN Takengon di Hotel Emeral Garden Medan, 4 Juni 2022.
Lebih jauh ia mengatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan didorong oleh tiga turbin penggeraknya. Pertama, dialog yang telah menjadi tradisi agung scholar muslim. Kedua, riset yang mendapat stimulasinya dari naskah suci. Ketiga, perenungan yang telah ditradisikan para nabi dan para sahabat. Untuk itu menurutnya perguruan tinggi Islam harus terus menguatkan ideologi penelitiannya agar mereka dapat melanjutkan tugas istiā€™mar, memakmurkan bumi.

Prof. Syahrin menjelaskan bahwa strategi nasional terhadap perguruan tinggi adalah dengan mengembangkan perguruan tinggi sebagai teaching university, atau research university, atau community development university, yang menurutnya setiap perguruan tinggi harus memperkuat kemampuan pada ketiga aspek dimaksud.
Masyarakat kita saat ini sedang menghadapi problema kehidupan yang sangat komplek, multi dimensi, dan sering tidak dapat diperhitungkan (unpredictability). Untuk itu perguruan tinggi tidak boleh membisu, tetapi harus memberi jawaban dan alternatif solusi sehingga masyarakat mengetahui apa yang harus meteka lakukan dalam menghadapi masa depannya. Disinilah, menurut Prof Syahrin pentingnya riset, dan karena di wilayah ini banyak perguruan tinggi, termasuk IAIN Takengon, maka kita perlu terus melakukan kolaborasi dalam penelitian dan memberi solusi bagi problema masyarakat kita.

Dalam Raker yang dihadiri Rektor, Wakil Rektor, dan para pejabat IAIN Takengon itu, Prof. Syahrin menunjukkan sejumlah problema yang dihadapi masyarakat, mulai dari tekanan ekonomi, rendahnya kualitas pendidikan, disparitas, dan bahkan stigma yang diberikan kepada masyarakat Aceh dan Sumut yang cenderung intoleran. Semua ini, menurut Prof. Syahrin harus kita jawab, dan kita beri solusi agar keberadaan perguruan tinggi betul betul hadir di tengah masyarakat.