Rektor UIN SU Terima Kunjungan Pimpinan IAIN Takengon | Tekad Menjadi Corong Peradaban di Sumatera

Medan, (UIN SU)
Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Medan Prof Dr Syahrin Harahap, MA menyambut kunjungan silaturahmi pimpinan IAIN Takengon dan rombongan di Gedung Biro Rektor UIN SU Jalan Willem Iskander Medan, Jumat (13/5). Kunjungan terkait sejumlah agenda kolaborasi seperti joint research (penelitian bersama) tentang kajian dan kemajuan peradaban.

Kunjungan dihadiri Rektor IAIN Takengon Dr Zulkarnain, MAg dan rombongan, turut hadir Kepala Biro UIN SU, Ketua Senat UIN SU Prof Saiful Akhyar, para wakil rektor, direktur pascasarjana, para kepala dan ketua lembaga atau unit, para dekan dan segenap civitas kampus Islam tersebut. Pertemuan itu membahas sejumlah yang sebelumnya sudah dimulai dalam penandatanganan kerja sama beberapa waktu lalu. Di antranya terkait riset bersama tentang titik nol masuknya peradaban Islam yang sampai saat ini masih membuka peluang untuk kajian lebih mendalam.

Menurut Prof Syahrin, terkait titik nol masuknya Islam yang telah ditetapkan pemerintah di Barus, Sumatera Utara, masih membuka peluang untuk diulas dan dikaji lebih dalam secara akademis. Hal itu dapat ditembus dengan joint research antara IAIN Takengon dan UIN SU Medan.

Hal itu didukung dengan fakta dan informasi baru, bahwa di kawasan pegunungan Bukit Barisan sampai ke Gunung Lauser terdapat isyarat, artefak dan tanda-tanda ada jejak keislaman di lokasi tersebut. Ada bagian sejarah yang belum terungkap, karena, data masuknya Islam dari Barus dengan kepentingan perdagangan terus ke Aceh selama bertahun-tahun, maka ada isyarat Islam juga hadir di kawasan pegunungan Bukit Barisan.

Prof Syahrin juga menceritakan, hubungan antara Danau Toba, Pulau Samosir dengan perabadan Mesir yang dahulu sampai ke kawasan danau tersebut. Hal itu mengingat kata Toba yang dalam bahasa Mesir berarti indah sekali dan nama Samosir berkaitan dengan kata Mesir itu sendiri. “Kita ingin melakukan joint research, dua kampus ini untuk membongkat semua persoalan itu. Kita yang mengurusi ini karena kita warga Sumatera, tidak mungkin orang lain yang melakukan ini,” ujarnya.

Upaya penelitan ini juga sebagai second opinion, untuk menjawab penelitian dari Jakarta beberapa waktu yang menyebutkan Aceh dan Sumut termasuk kawasan yang rendah nilai toleransi atau intolerannya terhadap sesama umat beragama. Padahal menurut rektor, Aceh dan Sumut merupakan daerah yang nilai toleransi dan kerukunan antar umat. “Menjawab anggapan itu, maka kita perlu adanya opini kedua (second opinion) melalui riset lanjutan, kita ingin menjadi corong kemajuan peradaban di Sumatera,” tukas Prof Syahrin.

Rektor UIN SU menyampaikan IAIN Takengon adalah saudara yang bisa bersama untuk melakukan hal-hal penting bernuansa akademis mengungkap fakta dan kebenaran tentang peradaban di Sumatera. Selain kajian perabadan, kerja sama juga membahas soal moderasi dan toleransi beragama sehingga ke depan UIN SU dan IAIN Takengon bisa memberikan penjelasan kepada dunia.

Sementara Rektor IAIN Takengon Dr Zulkarnain menyampaikan, terima kasih ada sambutan hangat dalam kunjungan yang terima Rektor UIN SU beserta jajaranya. Kunjungan silaturahmi ini sekaligus sebagai tindak lanjut kerja sama yang beberapa waktu lalu dimulai. Terkait dengan program pascasarjana, riset bersama dan penerapan penelitian di IAIN Takengon, karena tahun ini ada sejumlah penelitian yang dilakukan bersama lembaga terkait.

Salah satu penelitian yang dijalankan ialah terkait penelitian tentang ulama dari dataran tinggi kawasan Gayo yang menurut sejarah ada yang menimba ilmu di Padangpanjang hingga Jawa Timur. Ia juga menyebutkan, terkait kunjungan wakil menteri pada Ramadan lalu, ada beberapa hal dibahas dan menjadi fokus, di antarnya soal titik nol masuknya Islam dan terkait indeks kerukunan dan toleransi umat beragama yang rendah di Aceh. Menyikapi hal ini, lanjutnya, maka perlu penelitian lanjutan untuk membuktikan ada kekeliruan, bahwa toleransi dan kerukunan di Aceh itu baik dan masyarakat aman-aman saja.

“Ini perlu kita kolaborasikan, perlu ditindaklanjuti sehingga menghasilkan satu hasil penelitian dan kerja ilmiah yang bisa kita persembahkan untuk publik. Bahwa penelitian terkait rendahkan toleransi di sana ada kekeliruan,” tukasnya.

Hal lain yang menjadi objek penelitian ialah terkait adanya naskah Alquran dengan terjemahan bahasa Gayo. Objek ini dinilai akan menjadi penelitian yang menarik dan tanda peradaban Islam di tanah Gayo sudah lama melekat dengan nilai serta kearifan lokal. Dr Zulkarnain juga melaporkan, saat ini kampus IAIN Takengon memiliki 142 tenaga dosen dan baru 27 di antaranya berjenjang doktor. Sebagian lain sedang studi program doktor di pascasarjana UIN SU Medan. Ia juga menyampaikan perkembangan kampus di antaranya pemisahan fakultas syariah, dakwah dan ushuluddin, pengusulan tiga prodi baru, pengajuan program PPG dan lainnya. Ia berterima kasih atas sambutan yang diberikan Rektor UIN SU. Usai diskusi, acara dilanjutkan dengan ramah tamah. (Humas)