UIN SU Gelar Seleksi Pecatur Hadapi PESONA I

Medan, (UIN SU)
Dalam olahraga catur, mengandung nilai-nilai pendidikan Islam yakni dalam melatih diri untuk mengembangan otak yang mampu memprediksi, mengasah hati dan memperkuat doa. Catur bukan hanya sekadar olahraga, namun menjadi istilah mengatur segala stategi dalam kehidupan manusia.

Demikian disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Medan Prof Dr Syahrin Harahap, MA saat membuka kegiatan seleksi pecatur yang akan mewakili kampus Islam negeri terbesar di Sumut itu untuk mengikuti event PESONA I Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia yang digelar di Bandung beberapa waktu mendatang. Seleksi tersebut diikuti puluhan pecatur di lingkungan UIN SU dari kalangan mahasiswa dan digelar di pelataran Gedung Biro Rektor kampus II Jalan Willem Iskander Medan, Sabtu (14/5).

Hadir dalam pembukaan seleksi itu, di antaranya para pembina cabang olahraga catur UIN SU Medan, Ketua Badan Pembina Olahraga (Bapor) UIN SU dan jajaran pengurus, para pimpinan kampus dan unsur lainnya. Prof Syahrin menyampaikan, seleksi ini merupakan salah satu dari rangkaian dan upaya kampus untuk bisa berjaya di ajang PESONA I Bandung 2022. Rektor apresiasi kepada para pembina olahraga dan unsur terkait lainnya serta seluruh peserta yang menunjukkan minat yang tinggi dalam olahraga catur.

Menurutnya, catur sudah merambah ke berbagai aspek hidup manusia dalam kiasan strategi, manajemen dan pengaturan. Dia mengibaratkan, misal dalam organisasi, kepemimpinan, mengelola kampus, menghadapi kompetisi dan ruang lainnya, islam catur sering dipakai sebagai interprestasi dari menerapkan strategi, pengaturan atau langkah yang akan digunakan untuk menghadapi sesuatu. “Catur bukan lagi hanya sekadar olahraga, tapi juga menjadi khazanah dalam kehidupan umat manusia,” ujarnya.

Terkait penjabaran itu, ia mengarahkan, pecatur sebaiknya adalah orang yang mengerti agama. Karena dalam olahraga catur mengajarkan berbagai hal yang memberikan pengembangan dalam pemikiran atau otak yang prediktif atau mampu memprediksi, mengasah hati dalam mengambil keputusan dan memperkuat doa untuk hasil maksimal. Karena menurutnya, dalam catur ada nilai pendidikan Islam.

“Misalnya dalam perspektif masa depan atau yang akan datang, dalam Islam, kita tidak hanya berbicara tentang masa lampau, tapi juga masa akan datang. Misal yang termaksud dalam Surat Alfatihah. Islam itu prediktif,” urainya.

Hal itu, sambungnya, yang perlu diasah dan dioptimalkan dengan pembelajaran catur dengan kemampuan prediktif dan penguatan otak prediktif jika dibahas dalam pendekatan akademik. Kemudian pengendalian hati, karena hati yang labil atau tidak terkendali tidak bisa bermain catur. Ia memotivasi, orang yang paham agama mampu menata hati yang itu bermanfaat dalam permainan catur. Jadi catur memfungsikan otak prediktif, penguasaan hati dan terakhir doa untuk memaksimalnya.

Catur, jelasnya, mengajarkan nilai kewaspadaan, kehati-hatian, ketertiban dan sistematik yang beberapa hal ini bisa diterapkan dalam kehidupan termasuk studi karena sejalan dengan pendidikan Islam. Prof Syahrin mengharapkan, seleksi pecatur untuk mewakili UIN SU pada ajang PESONA I 2022 ini dapat berjalan dengan objektif dan sportif. Sehingga nanti menghasilkan pecatur yang bisa diandalkan mengikuti ajang tersebut dan berbagai kompetisi lainnya.

Sebelumnya, pimpinan Bapor UIN SU memberikan pengarahan terkait tata pelaksanaan seleksi dan mekanisme seleksi serta jadwal penting seleksi pecatur tersebut. Seleksi diikuti puluhan mahasiswa dari berbagai fakultas di lingkungan UIN SU terdiri dari putra dan putri. (Humas)