Hikmah Ramadan, Peluang Tingkatkan Kinerja dan Pengabdian

Prof Nurhayati Sampaikan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1445 Hijriah

Medan, (UINSU)
Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan Prof Dr Hj Nurhayati, MAg menyampaikan, keberkahan dan kesempatan bisa melalui bulan suci Ramadan hendaknya juga dijadikan sebagai momentum untuk meningkatkan etos kerja, kinerja dan pengabdian kita lebih baik dalam tugas dan tanggung jawab, hal tentu demi terwujudkan pelayanan kepada masyarakat khususnya pada bidang pendidikan tinggi Islam.

Demikian urai Prof Nurhayati di Medan, Senin (11/3) sebagai pengantar dan arahan dalam menyambut bulan suci Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi bagi masyarakat secara umum dan khususnya bagi seluruh sivitas akademika UINSU Medan. “Kami, pimpinan UINSU Medan menyampaikan, selamat menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadan tahun ini. Semoga kita bisa melewatinya dengan baik dan mendapatkan berkah serta hikmah penting dalam bulan Ramadan yang mulia ini, marhaban ya Ramadan,” ujarnya.

Terkait masa ibadah selama sebulan penuh ini, Prof Nurhayati mengingatkan, tentang makna dari dalil berpuasa di dalam Surat Al Baqarah, ayat 183 yang berarti “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa,”. Dari ayat ini, ada banyak penjelasan dan penafsiran yang mengarah pada tujuan, manfaat dan hikmah dalam pelaksanaan ibadah puasa.

Dalam banyak literasi dan kitab-kitab, seperti di antaranya dalam Tafsir Al Azhar karya ulama tersohor Buya Hamka yang menjelaskan empat bagian penting dari ibadah puasa Ramadan yaitu hikmah, pelajaran, tujuan dan faedah atau manfaat. Dari banyak pemahakan, maka ibadah puasa ini spesial karena hanya ditujuan bagi orang-orang yang beriman saja. Karena, jika perintah berpuasa tidak bagi orang beriman, maka niscaya tidak akan berjalan. Karena menahan diri dari lapar dan dahaga serta hal-hal yang dilarang dalam berpuasa adalah tugas yang juga tidak mudah, kecuali bagi orang-orang yang beriman.

Secara bahasa, puasa dalam peradaban Arab disebut ‘shiyam’ atau ‘shoum’ yang berarti menahan. Di antaranya ialah menahan dari makan dan minum, hingga menahan nafsu dalam bentuk lainnya dalam kurun waktu dari fajar hingga maghrib. Ibadah jenis ini, bahkan sudah ada dilaksanakan kaum atau umat sebelum datangnya risalah yang dibawakan Nabi Muhammad SAW. Seperti puasa dari agama Samawi, Yahudi, ajaran Hindu, Budhha dan keyakinan di peradaban Mesir kuno yang juga memiliki ibadah puasa masing-masing.

Dengan panjang dan holistiknya ibadah puasa ini yang meliputi banyak peradaban di dunia, lanjut rektor, maka memiliki hikmah dan tujuannya yang mulia, dengan target atau sasaran yang harusnya dapat dicapai bagi orang-orang yang menunaikannya. Dalam ayat tersebut dijelaskan, tujuan ibadah puasa ialah agar menjadi orang dengan pribadi takwa. Maka, sebulan ibadah puasa ini merupakan ajang latihan dengan menahan diri dari nafsu untuk akhirnya bisa mengendalikan diri, dengan frame atau bingkai takwa.

Maka, dalam pelajar berpuasa, ada sejumlah nilai atau value yang begitu penting dalam peningkatan kualitas diri manusia. Di antaranya ialah melatih kesabaran, pengendalian diri termasuk pengendalian dari sisi kebinatangan, pengendalian emosi, mampu menahan berbagai jenis nafsu, meneguhkan jiwa hingga berujung pada peraihan dan pencapaian pribadi takwa.

Prof Nurhayati juga menjelaskan, bahwa manfaat berpuasa dari sisi ilmu kesehatan juga tak perlu diragukan lagi. Banyak riset kesehatan yang membuktikan, ternyata puasa merupakan sarana yang baik dan efektif untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Bahkan saat ini, puasa menjadi salah satu tren dan fenomena dunia sebagai treatment dan perawatan kesehatan tubuh, tidak hanya fisik namun juga jiwa.

Misalnya yang terkenal, ialah puasa sebagai detoksifikasi (detox) atau penetralan toksin dalam tubuh, menyetabilkan gula darah, menurunkan berat badan, merawat organ-organ tubuh dan banyak lagi manfaat berpuasa lainnya. Jika ditinjau dari ilmu kesehatan. Selain itu, aktivitas atau ibadah lain yang dilaksanakan dan dianjurkan dalam Ramadan, seperti Salat Tarawih, membaca Alquran dan lainnya juga dinilai baik dalam perbaikan jiwa, mental dan fisik.

Kemudian, hikmah puasa jika dikaitkan dengan kehidupan sosial masyarakat serta terkait kinerja dan pelaksanaan tanggung jawab juga banyak ditemukan dalam berbagai literasi. Di antaranya bulan Ramadan juga merupakan momentum yang mengajarkan soal solidaritas dan kepedulian sosial. Selain itu, puasa juga mendidik dan melatih soal meningkatkan disiplin diri, mengatur pola makan dan pola tidur, kekuatan fisik, tanggung jawab (responsibility) dan lain sebagainya.

Dari situ, rektor mengajak, khususnya bagi seluruh sivitas akademika UINSU dan muslim pada umumnya, agar menjadikan momen bulan suci Ramadan ini sebagai wahana untuk juga meningkatkan pengabian, dalam etos kerja sekaligus kinerja di semua satuan yang ditempati saat ini. Nilai-nilai seperti kedisiplinan, tanggung jawab, taat azas dan lainnya itu haruslan dijadikan sebagai penguat dalam tugas dan kinerja.

Sehingga, lanjutnya, akan cepat terwujud visi dan misi dalam hal ini terlaksana pelayanan pendidikan tinggi yang prima bagi mahasiswa dan masyarakat luas. Motivasi ini, juga sebagai penguat, agar selama bulan Ramadan, kita mampu melewatinya dengan maksimal. Baik dari sisi ibadah namun tidak mengabaikan tugas-tugas serta tanggung jawab pekerjaan. Hal ini sejalan dengan target UINSU Medan, untuk meraih akreditasi institusi perguruan tinggi (AIPT) unggul pada 2024 yang telah dimulai dengan berbagai kegiatan percepatan dan kerja sama.

“Sekali lagi, kami sampaikan marhaban ya Ramadan. Selamat melaksanakan ibadah puasa Ramadan 1445 Hijriah. Semoga, kita semua bisa melewati bulan penuh berkah ini dengan maksimal dan mencapai predikat takwa serta mampu meningkatkan kinerja dan memberikan pengabdian terbaik, demi kemajuan peradaban, khususnya melalui pendidikan tinggi Islam di UINSU Medan yang kita cintai ini,” pungkas Prof Nurhayati (Humas)