Perkuat Kebangsaan dengan Penerapan Nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 | Polrestabes Beri Kuliah Umum di UINSU

Medan (UINSU)
Bagi generasi muda bangsa saat ini penting untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan dengan pemahaman wawasan kebangsaan, penerapan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan bernegara dan sebagai upaya untuk mencegah paham radikalisme di kalangan pemuda.

Demikian disimpulkan dari kuliah umum yang dibawakan Kasat Bin Mas Polrestabes Medan, Kompol Kamdani, SAg, MH di kampus II Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan, Senin (28/9). Kuliah umum diikuti perwakilan mahasiswa dari HMJ sekawasan, pimpinan UKK dan UKM se-lingkungan UINSU, para wakil dekan III jajaran dan segenap sivitas kampus.

Kuliah umum yang diberikan bertema ‘Peningkatan wawasan kebangsaan, nilai-nilai toleransi dan rasa cinta Tanah Air’ ini dimandatkan Polrestabes Medan untuk memberikan pemahaman tentang wawasan kebangsaan (wasbang) untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di masyarakat dan untuk menjaga situasi kondusif. “Kita ingin meningkatkan wawasan kebangsaan di kampus. Sekaligus untuk bersilaturahmi dan saling menyambung hubungan kebangsaan. Senang bisa hadir di UINSU,” ujarnya.

Ia menjelaskan, saat ini ada fenomena yang mengkhawatirkan di kalangan kaum muda. Di antaranya turunnya nilai moral dan sopan santun, tawuran para pelajar hingga masalah begal yang saat ini masih terjadi. “Kita bersama memiliki tanggung jawab terkait nasib bangsa dan negara ini. Maka kita perlu meneladani sikap Nabi Muhammad SAW dalam sikap bernegara,” urainya.

Perwira tamatan IAIN Wali Songo Semarang ini, mengisahkan peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah yang di dalamnya terdapat nilai-nilai bernegara. Jika dikaitkan dengan nilai wasbang, hal itu patut dicontoh untuk menciptakan situasi yang aman dan kondusif. Ia menegaskan, secara sederhana wasbang ialah cara pandang bangsa Indonesia dalam mengelola bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berlandasrkan Pancasila dan UUD 1945 sesuai kesepakatan pandiri bangsa,” urainya.

Proses berdirinya bangsa ini, diisi oleh banyak kelompok bangsa, tidak hanya diprakarsai oleh masyarakat muslim dan kaum santri, namun pembangunan bangsa merdeka ini juga atas dukungan semua agama lain seperti Nasrani, Budha dan lainnya. Namun, sambungnya, Polri mensinyalir, adanya kelompok yang menginnginkan perubahan yakni Indonesia bukan berdasarkan Pancasila lagi.

Maka, lanjutnya, beberapa tahun belakangan ini muncul dan teridentifikasi dari kampus, paham-paham radikalisme. “Hal ini yang harus kita luruskan, kita perlu yakinkan, Indonesia ini berniat untuk menyejahterakan masyarakatnya berdasarkan Pancasila dan UUD,” tukasnya.

Ia menilai, mahasiswa ini potensi besar dan dengan jaringan luar biasa dan kempuan mempengaruhi di tengah masyarakat. Maka perlu dibekali agar paham radikal dan intoleran tidak berkembang, salah satunya dengan gerakan wasbang, cinta Tanah Air dan bela negara. “Karena kelak, di tangan mahasiswa, akan jadi pemimpin, para intelektual yang akan mengisi kehidupan bangsa dan negara,” imbuhnya.

Meneruskan harapan kepolisian, lanjut Kompol Kamdani, khususnya untuk Medan, semua bisa kembali kepada Pancasila sebagai dasar negara, menjalankan falsafah yang sama yaitu Pancasila dan UUD 1945. Ia mencontohkan, pada perayaan HUT Kemerdekaan ke-77 lalu, sempat terjadi potensi kericuhan dan tawuran yang ditenggarai pelajar di beberapa titik di Kota Medan. Namun dengan sigap, hal itu bisa diantisipasi kepolisian.

Ia mengarahkan, agar generasi muda yang berujung pada mahasiswa ini meneruskan perjuangan para pahlawan dan terus membangun Indonesia. Hal ini sesuai warisan dan kesepakatan leluhur dalam mendirikan Indonesia ini. Hal itu, harus didukung pula dengan 4 Pilar kebangsaan. Yakni Pancasila sebagai pemersatu, UUD 1945 perlu ditanamkan, NKRI dan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Wasbang, lebih jauh ia jelaskan, bertujuan mewujudkan bangsa yang kuat ditopang dengan ragam budaya bangsa, agama dan tujuan yang sama. Maka jika niat bersama, maka negara ini akan terus ada. Perlu menjaga nilai dan kisah sejarah perjuangan dan kebangsaan. Ia menyadari, isu suku, agama dan ras (Sara) itu begitu sensitif untuk bisa menimbulkan gesekan dan konflik. Maka perlu gunakan azas-azas berbangsa.

Ia menyimpulkan dari kuliah umum itu, maka tanamkan kembali sehingga kita punya wasbang sejalan wawasan nusantara, kita berdiri dari Sabang dan Merauke memiliki tujuan sama walau manusianya berbeda-beda. Cinta Tanah Air harus kita gelorakan, hal ini sejalan dengan ajaran agama yang ada di Indonesia, rasa bela negara juga perlu dipupuk dan disesuaikan dengan profesi dan pekerjaan serta tugas kita semuanya termasuk mahasiswa.

Mahasiswa yang belajar menuntut ilmu, lanjutnya, juga merupakan bagian dari bela negara dan cinta Tanah Air. Kelak bisa memenuhi harapan keluarga dan orangtua serta negara. Untuk mewujudkan Indonesia maju di masa depan. “Betul-betul jadi generasi yang diharapkan bangsa dan negara yang kita cintai,” pungkasnya. Acara kuliah umum dilanjutkan dengan tanya jawab dan dialog bersama mahasiswa.

Sebelumnya, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Prof Katimin menyampaikan, agar kuliah umum ini menaikan tingkat kepekaan dan tanggung jawab mahasiswa untuk turut menjaga kondusivitas khususnya di Sumut. Meningkatkan rasa cinta Tanah Air dan lain sebagainya. Untuk internal kampus juga bisa menjaga keamanan dan ketertiban tanpa ada gejolak negatif. Kuliah umum ini juga diikuti wakil dekan III bidang kemahasiswaan di lingkungan UINSU. (Humas)