Rektor UINSU Bedah Buku Haul Haji Anif | Bersedekahlah dalam Semua Situasi, Jangan Mengeluh

Medan (UINSU)
Ungkapan ‘sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya’ merupakan kesan yang paling melekat pada sosok dermawan dan hartawan asal Sumut, Almarhum Haji Anif, kebaikannya selalu menginspirasi ditambah dengan nilai jangan pernah mengeluh dan selalu berbuat kebaikan dan sedekah dalam kondisi seperti apapun.

Demikian dijelaskan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan Prof Dr Hj Nurhayati, MAg saat menjadi panelis dalam bedah buku ‘Dadak Tidak Pernah Pergi, Mengabdi untuk Mengabadi’ pada rangkaian acara Haul ke-2 Haji Anif di Medan, Jumat (25/8) lalu. Siapa yang tidak kenal Haji Anif, sosok dermawan dan hartawan juga tokoh masyarakat Sumut yang begitu bersahaja, wafat meninggalkan kita dua tahun lalu. Namun, ayah dari Wagubsu Musa Rajekshah ini tetap dikenang dengan segala kebaikannya.

“Kesan yang begitu melekat, ialah sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Dalam buku ini, dikisahkan kehidupan masa kecil Haji Anif yang pernah mengalami kelaparan, kekurangan makanan, dan kekurangan lainnya. Bahkan tidak selesai sekolah tingkat SMP. Namun, hal yang membuat bangkit, salah satunya ialah beliau adalah sosok yang tidak pernah mengeluh,” ujar Prof Nurhayati.

Haji Anif semasa hidupnya, sambung rektor, adalah sosok yang begitu peduli terhadap pendidikan masyarakat. Walau ia tidak tamat SMP, namun banyak sekali berbuat untuk pendidikan. Terkhusus filantrofis satu ini, punya ikatan khusus dengan UINSU Medan. Ia selama 20 tahun menjadi Ketua Dewan Penyantun UINSU Medan, beberapa tahun sebelum ia wafat, dewan penyantun tersebut diteruskan kepada anaknya, Musa.

Secara pribadi, Prof Nurhayati punya hubungan baik, sehubungan almarhum suaminya, Prof Nur Ahmad Fadil Lubis, Rektor UINSU kala itu juga berhubungan baik dengan Haji Anif. Bahkan Haji Anif yang memotivasi Prof Nurhayati pada masa sulit untuk berjuang meraih gelar profesor. Karena ia yakin, ketekunan dalam pendidikan akan membawa banyak kebaikan.

Wafatnya Haji Anif di usia 82 tahun, menurut rektor, dirasa begitu cepat, karena ikatan dan sosok arif yang melekat dari Haji Anif. Nilai lain yang patut diteladani, lanjutnya, ialah selalu bersedekah. “Kuncinya, beliau selalu bersedekah, dalam situasi dan keadaan apapun. Sedekah tidak menghabiskan harta, kalau rajin sedekah, maka harta kita akan bertambah,” tukas Prof Nurhayati.

Sedekah Haji Anif, lanjutnya, dalam dunia pendidikan juga bukan hal yang ringan. Berbagai program ia berikan, mulai dari perbaikan fasilitas sekolah-sekolah di banyak daerah, beasiswa pendidikan dan lainnya. Di UINSU berdiri megah Gedung Haji Anif sebagai gedung perkuliahan bersama, juga di kampus-kampus lain. Haji Anif juga menyumbang Masjid Al Mussannif di kampus IV Tuntungan yang berkapasitas 1.200 orang. Nantinya akan diresmikan dan diluncurkan pada PBAK 2023 ini.

Menurut rektor, jangan ada hartawan yang juga penduli penuh terhadap dunia pendidikan. Diharapkan hal ini menginspirasi bagi tokoh masyarakat lainnya khususnya di Sumut. Selain itu, Haji Anif dikenal peduli dengan masyarakat dari agama-agama lain, yang turut dibantu. Hal ini menurut rektor, adalah wujud sikap moderat, atau aplikasi dari moderasi beragama yang dicontohkan Haji Anif.

“Buku ini memberi tahu kita, kalau tidak begitu penting mencitrakan diri kita secara lisan sebagai orang baik, tapi perlu diaplikasikan dengan langsung dibuktikan dengan perbuatan. Buku ini patut jadi keteladanan yang saleh, sebagai inspirasi dan Haji Anif dengan perbuatan baiknya akan terus dikenang orang,” tandasnya.

Hal-hal baik lainnya, di antaranya program beasiswa pendidikan dan bahkan memberangkatkan haji secara gratis. Hal itu tentu jadi dan bernilai sedekah, lalu akan terus mengalir sebagai amal jariyah. “Buku ini sangat menginspirasi,” tukasnya sembari menyampaikan muatan buku terkait aktivitas Haji Anif yang dalam kondisi dan situasi apapun terpeting tetap bersedekah, karena hal itu akan kembali kepada kita dengan berlipat ganda.

“Tanamkan mental kaya, jangan bermental miskin. Karena perkatan itu adalah doa. Rajin bersedekah, maka itu malah akan diberikan oleh Allah kepada kita harta yang berlipat ganda. Inilah sosok Haji Anif yang menginspirasi,” tandasnya.

Prof Nurhayati menyimpulkan, dari buku ini, maka perlu tumbuhkan nilai-nilai kebermanfaatan bagi orang lain, selalu bersedekah dalam semua situasi, jangan mengeluh dan jangan berpikir susah. Tabur kebaikan kepada sesama sebagai tanda manfaat.

Wakil Rektor IV UINSU Bidang Kerjasama dan Pengembangan Lembaga Prof Muzakkir juga memberikan kesaksiannya melalui kisah kebaikan Haji Anif yang membangun masjid di Belanda. Haji Anif, jelasnya, menurut amalnya di dunia, walau tidak berdakwah langsung, dan menyampaikan ilmu, tapi kontribusinya untuk agama Islam, patut menjadikan Haji Anif sebagai ulama dan bapak bangsa.

Haul kedua ini diisi berbagai kegiatan keagamaan, di antaranya Salat Subuh berjemaah dan pengajian diisi Wakil Rektor I UINSU Bidang Akademik Prof Azhari Akmal Tarigan, ngaji bareng ustaz Adi Hidayat (UAH), Salat Jumat bersama Presiden Joko Widodo yang dilanjutkan presiden dan rombongan berziarah ke makam Haji Anif di Masjid Al Musannif, Cemara, Medan. Acara juga dirangkai dengan peluncuran buku yang memuat kisah perjalanan hidup tokoh masyarakat, pengusaha sukses, dermawan dan hartawan yang menginspirasi, Haji Anif yang menghadirkan sejumlah narasumber. (Humas)