Ramadan, Tazkiyatun Nafs dan Peningkatan Etos Pengabdian

Rektor UINSU Sampaikan Selamat Idulfitri 1445 Hijriah

Medan (UINSU)
Bulan suci Ramadan, selain sebagai bulan yang penuh berkah dengan berbagai ibadah dan amalan tambahan di dalamnya, hendaknya juga dijadikan sebagai “tazkiyatun nafs” atau secara sederhana diartikan proses menyucikan jiwa dan pengawasan terhadap diri sendiri sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan etos kerja dan kualitas kinerja dalam tiap ruang pengabdian kita untuk agama, bangsa, negara dan masyarakat.

Hal tersebut merupakan arahan sekaligus harapan kami sebagai pimpinan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan kepada seluruh muslim pada umumnya dan kepada seluruh sivitas akademika kampus pada khususnya. Agar di penghujung Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi ini dan menjelang Hari Raya Idulfitri tahun ini, ada kesan yang tertinggal dan ada makna mendalam yang tertanam dalam diri kita. Sebagai tanpa perubahan ke arah yang lebih baik, setelah mengikuti ujian jiwa, fisik dan mental selama sebulan penuh melalui pendidikan dan pelatihan yang kita sebut Ramadan.

Melalui tulisan singkat penghantar Hari Raya Idulfitri ini, yang membahas sepintas tentang tazkiyatun nafs. Dalam berbagai literasi dan tafsir-tafsir Alquran, dijelaskan secara sederhana tazkiyatun nafs merupakan proses penyucian jiwa dari perbuatan syirik dan dosa juga berkaitan dengan pengembangan jiwa manusia dalam rangka mewujudkan serta meningkatkan potensi jiwa manusia sehingga memiliki kualitas-kualitas moralitas yang mulia (akhlakul karimah) dan moralitas yang luhur atau akhlakul hasanah di dalam diri dan terpancar dalam segala sendi kehidupan di dunia.

Tazkiyatun nafs dalam tinjauan yang lebih dalam, mengarahkan pada sifat dan esensi penciptaan manusia yang dibekali dengan akal dan kecenderungan untuk melakukan hal-hal baik, juga sebaliknya memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal buruk pula. Berpotensi dalam melakukan tindakan yang hak juga ada potensi dalam melakukan tindakan yang batil, mengikuti jalan yang benar atau tersesat, amal ma’ruf atau melakukan kemungkaran di bumi ini.

Sejalan esensi akal dan nafsu dalam diri manusia, Alquran sejak dulu memberikan isyarat agar manusia meninjau dirinya, mengamati dan mengawasi diri sendiri bahkan jika tanpa pantauan orang lain. Apakah masih dalam jalan kebenaran atau melenceng. Karena hal itu, manusia rentan terhadap perubahan yang terjadi. Maka menurut konsep tazkiyatun nafs, manusia hendaknya menjaga dirinya meliputi aspek fisik dan jiwa, untuk menghasilan pribadi dan persona yang cenderung selalu menyucikan jiwanya.

Karena sejatinya manusia diciptakan, mempunyai potensi baik dan buruk dalam dirinya dan hal ini telah dibuktikan dalam sejarah peradaban manusia sejak dulu. Yakni kecenderungan tindakan manusia meliputi tindakan baik dan tindakan buruk. Yang semua itu, didominasi karena dampak dan pengaruh dari nafs yang ada dalam diri manusia.

Nafs, secara sederhana adalah nafsu dan bagian dari napas kehidupan manusia. Nafs juga berkaitan erat dengan jiwa manusia yang akhirnya akan membentuk manusia dari aspek tindakan, sikap dan perilaku serta aspek lain yang melekat dalam esensi manusia.

Berkaitan konsep dimaksud, maka hal ini juga berhubungan dengan ibadah bulan puasa Ramadan yang berdasarkan Al Baqarah ayat 183 yang memiliki tujuan untuk meningkatkan ketakwaan manusia (muslim) terhadap Allah SWT. Jika muaranya adalah takwa, maka tujuan puasa Ramadan sejatinya akan menghasilkan berbagai bentuk ketakwaan sebagai seorang hamba dalam setiap perilakunya. Di antaranya ialah sikap bersih hati dan jiwanya, jujur, santun, pemaaf, peduli sosial, setia kawan dan mendapatkan karakter yang tertingkat kualitasnya.

Dalam berbagai kajian, tazkiyatun nafs atau pembersihan jiwa dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Di antaranya yakni dengan ilmu, iman dan takwa serta amal saleh. Lalu dengan jihad menggunakan harta, zakat infak dan sedekah juga dengan bertaubat, istighfar dan doa.

Maka, dengan formula tazkiyatun nafs yaitu prose membersihkan, memperbaiki dan menumbuhkan jiwa manusia yang lebih baik, yang disandingkan dengan variabel makna dan tujuan berpuasa pada bulan Ramadan yakni peningkatan takwa dengan segala indikatornya, sejatinya akan menghasilkan insan baru yang lebih baik dalam berbagai hal yang kemudian dituangkan dan diwujudkan dalam bentuk peningkatan kinerja, berbalut komitmen dalam menguatkan etos kerja serta pengabdian.

Untuk itu, kami mengajak masyarakat muslim di Indonesia dan khususnya bagi seluruh sivitas kampus UINSU agar semakin menunjukkan kualitas diri dalam setiap pengabdiannya di satuan dan unit kerja masing-masing. Sebagai tanda jiwa yang lebih baik setelah mengikuti ujian dalam sebulan penuh Ramadan. Berikan pengabdian terbaik dan maksimal di tiap-tiap ruang pekerjaan dan tugas yang diamanahkan.

Tahun 2024 ini adalah tahun yang penting bagi UINSU Medan, yakni upaya dan misi besar kita untuk mewujudkan Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) Unggul yang puncak proses pengajuan dokumen persyaratannya pada September mendatang. Pencapaian besar itu yang tidak mungkin dapat dicapai tanpa kerja sama, kerja keras dan kerja ikhlas dari semua elemen di internal UINSU, raihan yang kami percaya hanya bisa didapatkan dengan peran super tim bukan aksi seorang superman.

Maka, amanah besar ini, mari kita emban dan tuntaskan bersama-sama dengan jiwa yang bersih dan suci setelah menjalankan berbagai tantangan dan ujian. Semoga, doa dan harapan-harapan yang telah kita upayakan dapat terwujud sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pengembangan peradaban Islam dan tanggung jawab bagi masyarakat Sumatera Utara.

Kami, mewakili pimpinan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan di penghujung Ramadan ini mengucapkan, selamat Hari Raya Idulfitri 1445 Hijriah bagi seluruh sivitas UINSU Medan dan masyarakat muslim Indonesia, minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin. Semoga tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya, UINSU unggul 2024 bisa terwujud.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh (Humas)