Medan (UIN SU)
Saat ini penting untuk meningkatkan literasi dan pemahaman tentang perwakafan agar meningkatkan pula kesadaran berwakaf di tengah masyarakat sehingga mampu semakin luas untuk meningkatkan kesejahteraan umat.
Demikian disampaikan Ketua Umum Badan Wakaf Indonesia (BWI) pusat, Prof Dr Mohammad Nuh, DEA dalam pidatonya sebagai pembicara kunci pada acara seminar dan kuliah umum bertajuk ‘Waqf goes to campus XIII’ yang digelar di kampus II UIN SU Jalan Willem Iskander, Medan, Selasa (16/5) diikuti ratusan mahasiswa.
“Perlu meningkatkan literasi pemahaman perwakafan dan meningkatkan kesadaran berwakaf bagi umat. Terima kasih kepada Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) yang berkenan menjadi bagian dari gerakan ini. Sosialisasi di kampus-kampus untuk mengajak kampus menjadi bagian dari ekosistem perwakafan nasional. Karena SDM yang paling bagus itu adanya di kampus, yang nanti kita harapkan sebagai duta-duta wakaf,” jelas Prof Nuh.
Elemen mahasiswa, menurutnya, menjadi penting karena terbentuk di kampus, belajar dan dididik sehingga nanti setelah tamat mengabdi di tengah masyarakat dalam banyak ruang. Sistem yang dijalankan kampus ini kelak menjadi bekal generasi memimpin bangsa dan sebagai pengambil keputusan pada 2045. Dalam konsep wakaf ini, Prof Nuh menjelaskan tentang suatu hadis di mana rasul mengangkat anak yang ayahnya mati berperang dan ibunya menikah lagi sehingga anak tersebut tampak murung dan sedih.
“Rasul mendatangi anak yang termenung, padahal teman-temannya sedang bergembira dengan pakaian baru. Rasul bertanya, maukah engkau aku menjadi pengganti bapakmu, Aisyah sebagai pengganti ibumu, Fatimah sebagai saudaramu dan seterusnya. Hingga anak yang sedih itu menjadi senang dan bahagia, telah diberi pakaian baru dan diberi makan, konsep inilah yang dibutuhkan saat ini di negara ini,” urai Prof Nuh.
Memberikan kemudahan dan kebahagiaan bagi orang lain yang memerlukan inilah yang menjadi landasan dalam konsep wakaf yang dinilai sebagai solusi konkret yang dibutuhkan saat ini dalam rangka meraih kesejahteraan. Karena wakaf akan bermuara dan melekan pada peningkatan kesejahteraan umat. Namun, belum semua tertarik dengan perwakafan. “Wakaf pasti terkait dengan kesejahteraan, terkait dengan dakwah Islam dan martabat manusia serta terkait dengan masa depan. Kami sampaikan terima kasih kepada UIN SU yang turut ikut menggerakkan perwakafan,” tukasnya.
Ia mengharapkan, UIN SU Medan menjadi kampus yang terus bertingkat kualitasnya. Tumbuh dengan pendekatan pemikiran lintas generasi dan harus punya aset lintas generasi. Dengan konsep wakaf dan menyediakan dana abadi secara sadar dan sengaja yang bisa dikembangkan dalam upaya mencapai kesejahteraan. “Kita harus kembali menghidupkan kembali aset-aset yang dulu telah terbukti jaya. Harus punya dana abadi melalui wakaf,” tandasnya.
Sementara, Rektor UIN SU Prof Nurhayati melalui Wakil Rektor IV Dr maraimbang Daulay, MA menyampaikan, terima kasih telah menunjuk UIN SU sebagai salah satu mitra kerja dalam rangka sosialisasi program Waqf Goes to Campus ini bersama belasan perguruan tinggi lain di Sumut. Mahasiswa UIN SU yang sekitar 30 ribu orang siap menjadi duta wakaf Sumut yang ikut menyosialisasikan ke masyarakat pentingnya menggelorakan semangat dan menggerakkan wakaf di Sumut.
“UIN SU sebagai mitra kerja sama dalam membumikan wakaf ini, kami berkomitmen dan mendukung sepenuhnya agar ini jadi gerakan nasional. Mencari, menghimpun dan mengelola sumber kekayaan modal untuk membangun Sumut, Indonesia, bangsa dan negara. Mudah-mudahan niat baik dan tulis ini mendapat dukungan semua dan terpenting rida Allah,” pungkasnya.
Acara dilanjutkan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara UIN SU Medan dengan BWI. Untuk sesi kuliah umum menghadirkan dua narasumber, yakni Dr Yuli Yasin membawakan materi perkembangan wakaf di Indonesia dan luar negeri. Lalu Prof Dr Akhyar Zein, MA membawakan materi penghimpunan, pengelolaan dan pengembangan wakaf melalui kampus. Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab dan dialog. (Humas)