Jakarta (UINSU)
Menteri Agama (Menag) RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, menyampaikan enam gagasan strategis untuk memberantas korupsi di Indonesia. Dalam sebuah forum di Jakarta pada Jumat (13/12/2024), Menag menekankan pentingnya pendekatan berbasis nilai spiritual dan agama sebagai solusi jangka panjang untuk membangun masyarakat yang berintegritas.
“Pendekatan agama dapat menjadi cara efektif menyentuh hati masyarakat, mengembalikan mereka pada keluhuran fitrah, serta membangun kesadaran kolektif tentang bahaya korupsi,” ungkap Menag.
Berikut enam gagasan utama yang ia paparkan:
1. Dari Mitos Menjadi Etos
Menag menyoroti pentingnya mengangkat agama dari sekadar mitos menjadi logos (rasionalitas) yang akhirnya menjadi etos (nilai-nilai kerja). “Semakin dekat umat dengan ajaran agama, semakin aman negeri ini,” ujarnya. Menag juga mengutip Max Weber, sosiolog agama, yang menyatakan bahwa perubahan perilaku masyarakat harus dimulai dengan membangun etos dan etika berbasis teologi.
2. Korupsi Sebagai Musuh Bersama
Korupsi, menurut Menag, harus dijadikan kejahatan publik yang dimusuhi oleh seluruh elemen masyarakat. “Kita perlu satu bahasa untuk menyikapi korupsi sebagai kejahatan besar. Dengan pendekatan ini, kita bisa meredam dan mengeliminasi praktik-praktik korupsi,” jelasnya.
3. Memulai dari Kementerian Agama
Sebagai langkah konkret, Menag memulai pemberantasan korupsi dari internal Kementerian Agama. Salah satu kebijakan inovatif adalah pelaksanaan rapat dan seminar secara daring untuk menghemat anggaran perjalanan dinas. Hasilnya, dalam sebulan, Kemenag berhasil mengurangi anggaran perjalanan dinas hingga 50%. Menag berharap langkah ini menjadi contoh bagi lembaga lainnya.
4. Jangan Ambil yang Bukan Haknya
Menag mengajak masyarakat untuk hidup sesuai hak yang dimiliki tanpa mengambil yang bukan haknya. “Segala sesuatu yang tidak berkah hanya membawa ketidaktenangan,” tegasnya. Ia menambahkan, keserakahan sering kali menjadi akar masalah yang merusak kehidupan seseorang, baik secara fisik maupun mental.
5. Lahirkan Generasi Berprinsip dan Jujur
Dalam pandangannya, generasi masa depan harus memiliki prinsip kuat dan jujur. Ia merujuk pada nilai-nilai dalam Al-Qur’an yang menggambarkan sosok ideal sebagai “al-qawiyy” (kuat) dan “al-amin” (jujur). “Inilah generasi yang diharapkan untuk menciptakan perubahan besar,” jelasnya.
6. Pentingnya Keteladanan
Menag menutup gagasannya dengan menekankan pentingnya keteladanan. “Jangan hanya pintar bicara, tetapi tidak ada tindakan nyata. Kita memang bukan malaikat, tapi jangan menjadi iblis,” katanya tegas. Keteladanan, menurutnya, menjadi faktor utama dalam membangun kepercayaan publik.
Menag Nasaruddin berharap bahwa pendekatan berbasis spiritualitas ini dapat menjadi langkah konkret dalam memerangi korupsi. “Yang kita cari bukan banyaknya, tetapi keberkahannya,” pungkasnya. (Humas)