Medan (UINSU
Ahad, 23 November 2025 – Menteri Agama Nasaruddin Umar hadir dalam acara “Dzikir Akbar Nasional” yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Pengajian Ilmu Tasawuf Tarekat Naqsyabandiyah Indonesia (PPITTNI) di Medan, Sumatera Utara. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 1.200 peserta dari berbagai daerah.
Dalam sambutannya, Menag menegaskan bahwa tarekat memiliki sejarah panjang sebagai kekuatan moral yang membawa ketenangan dalam kehidupan umat. Ia menjelaskan bahwa dalam tradisi Naqsyabandiyah terdapat tiga pilar inti, yaitu: takhalli (pembersihan diri), tahalli (penghiasan jiwa dengan kalimat suci), dan tajalli (kemunculan diri yang tertuju kepada Allah). Menag juga menyampaikan bahwa pengikut tarekat ini harus memiliki pikiran yang lurus dan jiwa yang lembut, serta berjiwa tawaduk—bahkan jika ia memiliki jabatan tinggi.



Pada kesempatan yang sama, Menag mengajak para jamaah untuk terus menyebarkan nilai-tasawuf tersebut sebagai upaya konkret dalam mendukung pembangunan bangsa dan menjaga kerukunan umat. Ia menyebut bahwa apabila tasawuf berkembang kuat di suatu wilayah—termasuk Sumatra Utara—maka tantangan seperti narkoba dan kriminalitas bisa ditekan.
Di acara tersebut juga dilakukan penandatanganan prasasti pembangunan Gedung Pengajian dan Gedung Suluk Internasional PPITTNI di Bengkulu sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap penguatan pusat-pusat pengembangan tasawuf di Indonesia.
Pada momen acara tersebut, hadir pula Rektor UINSU Medan Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag., dan Kepala Biro AUPK Dr. Ibnu Sa’dan, M.Pd., yang mendampingi Menag secara langsung dari ketibaan hingga kepulangan beliau sebagai wujud dukungan institusi kampus terhadap upaya kerukunan dan spiritual ini.
Acara itu dihadiri juga oleh sejumlah pejabat tinggi dan ulama, termasuk Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution, beberapa Bupati dan Walikota sekawasan Sumatera Utara serta pengasuh PPITTNI yang menegaskan bahwa zikir dan tasawuf tidak hanya untuk amal pribadi, tetapi juga sebagai bakti terhadap bangsa dan negara.
Penekanan Menag pada peran tarekat tidak hanya bersifat ritual, melainkan juga sosial-kultural: tarekat ditampilkan sebagai wahana pembinaan moral dan kekuatan keumatan yang dapat menjaga perdamaian, memperkuat persatuan, dan memperkokoh identitas kebangsaan di tengah tantangan zaman.
Dengan demikian, acara Dzikir Akbar Nasional ini bukan hanya sebuah pertemuan religius, tetapi juga momentum strategis untuk memperkuat sinergi antara tradisi tasawuf, lembaga keagamaan, pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan kehidupan beragama yang damai, produktif dan maju. (Humas)





