Jakarta (UINSU)
Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA., menegaskan posisi Indonesia sebagai induk peradaban dunia dalam Pidato Kebudayaan pada kegiatan Reflection 2025 – Projection 2026 (Repro) yang diselenggarakan oleh Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI. Kegiatan ini menjadi ruang reflektif sekaligus proyektif bagi penguatan moderasi beragama, kebudayaan, dan kerukunan umat beragama di Indonesia.
Dalam pidatonya, Menag menyampaikan bahwa Indonesia bukanlah bangsa yang lahir tanpa akar peradaban. Sejarah panjang Nusantara sebagai wilayah maritim, pusat interaksi perdagangan, dan persilangan budaya dunia menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kontribusi besar dalam membangun peradaban global. Nilai-nilai kearifan lokal, budaya damai, serta tradisi keberagamaan yang moderat menjadi fondasi kuat bagi karakter bangsa Indonesia hingga saat ini.
Menag juga menekankan bahwa semangat Bhinneka Tunggal Ika merupakan warisan peradaban yang hidup dan relevan. Keberagaman suku, budaya, dan agama bukanlah sumber konflik, melainkan kekuatan jika dikelola dengan cara pandang yang dewasa, inklusif, dan berkeadaban. Moderasi beragama, menurutnya, lahir dari pemahaman substansi ajaran agama yang mendorong keadilan, keseimbangan, dan penghormatan terhadap sesama.

Sejalan dengan itu, Menag memaparkan capaian positif Indeks Kerukunan Umat Beragama (IKUB) yang mencapai angka tertinggi dalam 11 tahun terakhir. Peningkatan ini menjadi indikator bahwa upaya sistematis Kementerian Agama bersama berbagai pemangku kepentingan, termasuk perguruan tinggi keagamaan, telah memberikan dampak nyata dalam memperkuat toleransi, kesetaraan, dan kebersamaan antarumat beragama di Indonesia.
Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag. menyambut baik pesan-pesan kebudayaan dan moderasi yang disampaikan Menteri Agama dalam forum Repro tersebut. Ia menilai penegasan Indonesia sebagai induk peradaban merupakan pengingat penting bagi dunia pendidikan tinggi, khususnya perguruan tinggi keagamaan Islam, untuk terus mengintegrasikan nilai keilmuan, keislaman, dan kebangsaan.
Menurut Rektor, UINSU Medan berkomitmen menjadikan moderasi beragama sebagai ruh dalam tridarma perguruan tinggi, baik melalui pendidikan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat. Kampus tidak hanya berperan mencetak lulusan yang unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial, wawasan kebangsaan, serta kemampuan merawat keberagaman sebagai kekuatan bangsa.
Ia juga menegaskan bahwa capaian Indeks Kerukunan Umat Beragama yang tinggi harus dijaga melalui kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah, akademisi, tokoh agama, dan masyarakat. Perguruan tinggi, termasuk UINSU Medan, siap menjadi garda terdepan dalam penguatan narasi Islam yang damai, inklusif, dan berorientasi pada kemaslahatan bersama.
Melalui forum Repro BMBPSDM ini, Kementerian Agama RI menegaskan arah kebijakan ke depan yang tidak hanya berfokus pada aspek administratif dan birokrasi, tetapi juga pada penguatan nilai peradaban, moderasi beragama, dan harmoni sosial sebagai fondasi utama Indonesia menuju masa depan yang berkeadaban dan berdaya saing global. (Humas)
