Medan, (UIN Sumut)
Pemikiran tentang ekonomi Islam saat ini menjadi penting untuk diperbincangkan di ruang publik sehubungan dengan dunia yang tengah mengalami transisi di berbagai aspek perekonomian global karena dampak pandemi Covid-19 yang akan mengarah pada kenormalan baru (new normal). Termasuk kajian pemikiran ekonomi Islam dalam kontribusinya untuk pertumbuhan ekonomi regional.
Demikian diuraikan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN Sumut) Prof Dr Syahrin Harahap, MA dalam paparannya sebagai pembicara kunci (keynote speaker) dalam Konferensi Internasional Pemikiran Ekonomi Islam Indonesia (ICHIIET) yang pertama digelar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sumut bekerja sama dengan Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) Bireuen. Forum besar akademis ini disiarkan secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting dan kanal Youtube dan digelar di kampus I Jalan Sutomo Ujung, Medan, Sabtu (21/8).
Konferensi internasional yang mengangkat tema ‘Kontribusi pemikiran ekonomi Islam Indonesia dalam mendukung pertumbuhan ekonomi regional’ ini juga menghadirkan sejumlah narasumber yaitu Rektor UNIKI Bireuen Prof Dr Apridar SE, MSi, akademisi dari Universitas Sains Islam Malaysia Assoc Prof Dr Amir Shaharuddin, dosen UNIKI Bireuen Dr Raihan Iskandar, Lc, MM, Dekan FEBI UIN Sumut Dr Muhammad Yafiz, MA, dan akademisi UIN Sumut sekaligus Ketua IAEI Sumut Dr Azhari Akmal Tarigan, MAg.
Prof Syahrin menyampaikan, dalam perspektif dan pendekatan histografi, ada empat kekuatan besar yang membentuk dan mengendalikan perkembangan sesuatu. Yaitu Tuhan, sekolah-sekolah besar, pemikiran-pemikiran besar dan sosial ekonomi di suatu tatanan masyarakat. Dalam perjalanan sejarah, pemikiran merupakan aspek penting sebagai landasan dan wahana untuk membentuk peradaban. Termasuk soal pemikiran ekonomi Islam yang juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi di daerah hingga nasional.
Prof Syahrin memaparkan, esensi dari pemikiran manusia yang banyak berperan dalam pembangunan. Karena pikiran mendahului praktik atau pelaksanaan sehingga diharapkan melalui konferensi ini bisa merumuskan pemikiran-pemikiran baru yang dapat mendorong terciptanya kemajuan ekonomi Islam untuk pertumbuhan ekonomi di regional, nasional hingga global.
Menurutnya, konferensi ini digelar pada waktu dan momen yang sangat tepat. Yakni saat dunia terpukul oleh dampak pandemi Covid-19 dan saat ini, dunia memerlukan adanya asupan energi baru agar bisa melewati masa sulit karena pandemi tersebut dan bisa menuju kenormalan baru dan kemajuan peradaban di masa depan.
Menghadapi ujian pandemi ini pula, jelasnya, para pemikir diberikan kesempatan untuk melihat dan menemukan arti dengan perenungan dan munajat serta dengan unsur ketuhanan dan ajaran rasulullah sehingga bisa menghasilkan sesuatu pemikiran baru yang bernas dan bisa diterapkan dalam kondisi pandemi ini, khususnya soal ekonomi agar manusia bisa keluar dari kesulitan karena musibah pandemi ini. “Kita harus lahirkan pemikiran-pemikiran baru yang bernas, rasional dan kontributif khususnya bagi pertumbuhan ekonomi regional,” tukasnya.
Dalam konferensi internasional itu, juga dirangkai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara UIN Sumut dengan UNIKI Bireuen terkait dengan pengembangan ekonomi Islam dan penerapannya untuk kemajuan umat manusia. Forum ini juga membahas sejumlah sub tema yang diulas oleh para penyaji atau peserta konferensi.
Beberapa sum tema di antaranya soal zakat, infak, sedekah dan wakaf (Ziswaf) sebagai nilai lokal, pandangan akademisi Islam terhadap halal tourism, perbankan Islam di Aceh, pandangan ekonomi Islam sebagai kritik untuk ekonomi mainstream dan pandangan ekonomi Islam dalam merespons era integrasi. (Humas)