UINSU

Medan, (UIN Sumut)
Tahta keilmuan di dunia dan peradaban Islam bersifat integratif yang dituangkan dalam pendekatan islamic science dan islamic studies, untuk itu, misi utama pengembangan keilmuan yang dijalankan perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) akan mengacu dan merujuk pada integrasi keilmuan atau pendekatan wahdatul ‘ulum.

Demikian diungkapkan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN Sumut) Prof Dr Syahrin Harahap, MA saat pembukaan konferensi internasional bertajuk The 4th International Conference on Islam, Science and Technology (ICONIST) 2021 yang digelar kerja sama Lembaga Penelitian dan Pengadian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan LP2M UIN Sumut di Hotel Madani Kota Medan, Kamis (14/10).

Mengambil tema besar ‘Peradaban manusia di tengah era pandemi’, konferensi ini dimaksudkan sebagai ruang kontribusi kampus dalam pengembangan peradaban manusia di tengah pandemi saat ini. Menghadirkan para pimpinan lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat dari berbagai kampus di Indonesia dan peserta dari berbagai negara. Konferensi digelar tiga hari, (14-16/10).

Prof Syahrin dalam arahannya menjelaskan asal dikotomi atau sekularistik di dunia pendidikan. Secara ringkas, pada abad 8-12, dunia Islam mengalami masa keemasan (golden ages) dan tahta keilmuan berada di Baghdad dan Spanyol yang bersinar sampai ke dunia barat dan akhirnya mendorong sarjana-sarjana barat belajar ke timur. Hal ini menyebabkan konsep islamic science dibawa dan menyeberang ke barat.

Kemudian, berkembang peradaban manusia ke era modern yang dimulai dari barat. Karena tahta ilmu pengetahuan berpindah dari dunia Islam ke barat. “Tapi ilmu pengetahuan bukan milik Islam dan bukan milik barat tapi milik manusia dan untuk perabadan manusia,” ujarnya.

Perkembangan ini, menyebabkan akhirnya, sarjana-sarjana dari timur atau tokoh Islam kembali belajar ilmu pengetahuan dari barat. Namun saat itu, terjadi percekcokan atau konflik antara ilmu pengetahuan dengan gereja atau otoritas. Yang menyebabkan ilmu pengetahuan akhirnya terpisah dengan ilmu agama. Saat itu, dunia menjadi sekularis atau terjadi dikotomi atau pemisahan atas berbagai pemahaman.

Kondisi tersebut, yang akhirnya dibawa pulang kembali dari sarjana-sarjana Islam ke timur. Juga diperparah dengan penjajahan dunia barat atas dunia islam dan peradaban timur yang akhirnya juga membonceng di belakangnya gagasan dan konsep sekularistik termasuk pada sistem dunia pendidikan yang dijalankan pada hari ini.

“Kondisi peradaban yang sekularistik di barat akhirnya dibawa ke timur dan berkembang. Maka di sini, kita kenal istilah ada sekolah umum sekolah agama, universtas umum universitas agama dan ilmu umum serta ada ilmu agama,” ujarnya.

Padahal ia menegaskan, gagasan dan tahta keilmuan dunia Islam itu bersifat integratif menggunakan pendekatan islamic science dan islamic studies atau dikenal dengan paradigma wahdatul’ ulum (integration of knowledge). Hal itu pula yang menjadi misi PTKIN untuk mengembangkan paradigma keilmuan yang integratif.

Mahaguru ilmu

Prof Syahrin menjelaskan, pemisahan atau dikotomi tersebut setidaknya merambah dalam lima hal dan saat ini menjadi bernas untuk dibahas dan diulas seperti dalam konferensi ini. Yaitu dikotomi vertikal, horizontal dua bentuk, aktualitas, etik dan intrapersonal. “Dalam paradigma tersebut, tidak dikenal ilmu umum dan ilmu agama, tapi islamic science dan islamic studies, semua ilmu itu adalah ilmu Islam, pancaran dari mahaguru yaitu Allah SWT. Dengan itu, PTKIN, kita merujuk pada wahdatul ulum,” urainya.

Melalui konferensi ini diharapkan mampu menyamakan roadmap pengabdian dan penelitian kepada masyarakat dan bisa menghasilkan hal-hal berguna bagi bangsa dan peradaban di masa yang akan datang.

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis dalam sambutan menyampaikan, ICONIST merupakan kegiatan akademis yang digagas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak 2018. Tahun ini dapat bekerja sama dengan UIN Sumatera Utara dan digelar di Kota Medan. Ini merupakan salah satu upaya UIN Jakarta untuk berperan dalam pengembangan kajian di Indonesia.

“Saya cukup senang dengan tema yang diambil oleh panitia. Karena memang situasi terkini, khususnya terkait pandemic Covid-19, mendorong kita dari kalangan kampus untuk mendukung masyarakat menghadapi perubahan yang sangat cepat lewat kajian dan penelitian yang bermanfaat,” kata Prof Amany.

Outcome yang diharapkan dalam 4th ICONIST 2021 adalah menemukan solusi terbaik dan model pembangunan Islam yang efektif untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul yang mahir dalam lingkungan yang dinamis dan disrupsi saat ini.

Kontribusi integrasi ilmu

“Kegiatan seperti ini harus diberi perhatian, dalam arti diberikan anggaran yang maksimal. Harapannya kajian-kajian yang muncul dari UIN Jakarta, UIN Sumut dan perguruan tinggi Islam dapat dimanfaatkan untuk kemashlahatan masyarakat dan juga direkomendasikan pada pemerintah agar digunakan dalam rumusan kebijakan-kebijakan pembangunan,” tukasnya.

Sementara Kepala LP2M UIN Sumut, Dr Hasan Sazali, MA dalam laporannya mengatakan, ICONIST 2021 merupakan kolaborasi antara LP2M UIN Jakarta dengan UIN Sumut. Dalam konferensi tahun ini, pihaknya menerima ratusan artikel ilmiah dan terseleksi 102 karya hasil penelitian akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan luar negeri.

“Kami mengucapkan terima kasih pada Rektor UIN Jakarta, Rektor UIN Sumut, para narasumber dan semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini di Kota Medan,” kata Hasan.

Dalam konferensi hadir sebagai pembicara Prof Dr Che Zarrina Binti Sa’ari (Universiti Malaya), Prof Ismail Fajrie Alatas, PhD (New York University), Prof Eka Srimulyani, SAg, MA, PhD (Universitas Islam Negeri Ar-Raniry), Prof Mohamad Abdun Nasir, MA, PhD (UIN MATARAM) dan Dr Mhd Syahnan, MA (Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sumatera Utara).

Dalam pembukaan ICONIST ke 4 2021 ini, para peserta yang hadir secara luring dan daring juga dihibur dengan Tari Persembahan Melayu Deli yang dibawakan oleh siswa SLB-E Negeri Pembina Provinsi Sumatera. Para siswa SMP/SMA berkebutuhan khusus (tuna rungu) ini dengan sangat indah membawakan tarian dengan dipandu pelatihnya dari kejauhan.(humas)

Bagikan Melalui Sosial Media :
X (Twitter)
Visit Us
YOUTUBE
INSTAGRAM
Skip to content