UINSU

Perlu Kesadaran Historis Alquran untuk Pembangunan Peradaban

Medan, (UIN SU)
Peristiwa Nuzulul Alquran berpengaruh pada cita-cita kita untuk membangun peradaban Islam di dunia. Dengan Alquran, Allah memajukan sejumlah kelompok dan Allah juga telah menghancurkan banyak kaum karena menghina kitab suci ini. Kesadaran historik khususnya dengan pendekatan teologi menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam studi Alquran.

Demikian disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Medan Prof Dr Syahrin Harahap, MA dalam sambutannya pada acara peringatan Nuzulul Alquran yang digelar di Masjid Ulul Albab kampus I Jalan IAIN, Kota Medan, Jumat (22/4) malam. “Kesadaran historik khususnya dengan pendekatan teologi menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan studi Alquran,” ujar Prof Syahrin.

Ia menceritakan bagian tertentu dalam peristiwa isra miraj Nabi Muhammad SAW yang dalam dialog antara nabi dan Allah sampai pada kalimat ‘Jika disebut nama-Ku akan tersebut namamu, jika tersebut namamu maka akan tersebut nama-Ku’. Kalimat sakti ini berimplikasi dan menyebar dalam banyak hal di antaranya wahyu, kekasih, teks dan kepada makna nuzulul Alquran itu sendiri.

Pada momen itu, tentang makna turunnya Alquran juga memicu dialog berkepanjangan dari berbagai kalangan dan kelompok. Namun Prof Syahrin menyimpulkan, Alquran turun dari Allah kepada yang baharu yang sangat rendah ialah manusia. Di dalamnya berisi informasi yang menjadi tuntutan dan pedoman hidup. Ia menekankan, Alquran bukan hanya soal komunikasi, teks dan sambungan kata, namun terpenting merupakan nilai dan pedoman kehidupan. “Apapun yang diuraikan di dalam Alquran harus kita meyakininya sebagai sesuatu yang harus kita pedomani dalam hidup kita,” tandasnya.

Terkait peran dan risalah Alquran dalam eksistensi kehidupan umat tersebut, lanjut Prof Syahrin, berbagai program dilakukan, di antaranya mempersiapkan museum Alquran di lantai satu Gedung Nur Ahmad Fadhil Lubis atau Perpustakaan UIN SU Medan. Dalam acara nuzulul Alquran ini, rektor ingin tidak hanya mengulas kisahnya dari sisi akademis, namun juga mengkaji dari sisi teologi dan historis.

Untuk itu, diundang sejarawan asal Sumut yang juga Guru Besar Unimed, Dr Phill Muhammad Ichwan Azhari, MS yang membawakan ceramah bertema ‘Urgensi kesadaran historik Alquran dalam pembangunan peradaban. Dalam kesempatan itu, Dr Ichwan yang menerangkan dirinya sebagai ‘pemulung peradaban’ ini menceritakan tentang sejarah perjalanan Islam masuk ke nusantara ditandai dengan masuknya naskah Alquran dari Arab ke Indonesia dalam pandangan historis.

Menilik sejarah, ketika naskah dan potongan Alquran masih ditulis di pelepah tanaman, pada tulang-tulang dan kulit hewan, menarik untuk mengkaji peradaban Islam bisa masuk ke nusantara. Dalam kajiannya, ia menyampaikan berdasarkan seminar masuknya Islam di nusantara pertama yang digelar di Medan pada 1960-an, diambul kesimpulan bahwa pada abad pertama Hijriah, peradaban Islam sudah masuk ke nusantara, namun hipotesa ini tidak memiliki bukti kuat. “Tapi bukti tidak ditemukan, menurut seminar itu, sejak abad pertama Islam sudah masuk dan itu melalui Sumatera,” tukasnya.

Pendapat itu, sambung Dr Ichwan, didukung dengan temuan sejarah terbaru pada 2020 berupa koin-koin dari Dinasti Umayyah yang tertanda pada 97 Hijriah dan 77 Hijriah. Temuan itu ditemukan pada satu desa yang terkubur, posisinya sekitar 65 kilometer dari Barus, daerah yang menjadi titik nol masuknya Islam Indonesia yang diakui pemerintah.

Hal-hal lain di antaranya, untuk mushaf Alquran kuno di Sumut yang awalnya diyakini di Langkat, ternyata naskah lebih tua bahkan ditemukan di Simalungun. Lalu untuk naskah kuno di Indonesia ternyata ditemukan di Bali pada 1600-an. Dr Ichwan menjelaskan, mushaf-mushaf kuno banyak ditemukan di negara-negara bukan Islam seperti di Inggris dan Jerman. Hal itu karena pada era kolonialisme, para penjajah datang ke negara-negara timur tengah yang mengambil naskah-naskah penting tersebut termasuk Alquran untuk dipelajari.

Usai memberikan ceramah terkait historis Alquran, Dr Ichwan juga menunjukkan berbagai artefak kuno seperti naskah dan mushaf kuno serta koin peradaban lama yang ia kumpulkan terkait dengan peradaban Islam di Indonesia. Acara dilanjutkan dengan ramah tamah.

Sebelumnya, mewakili MUI, Prof Mohammad Hatta dalam sambutan menyampaikan, harapan agar UIN SU Medan mempunyai spesifikasi yang berkaitan dengan Alquran. Ia yakin, dengan pimpinan yang enerjik mampu menjalankan dan menerapkan konsep serta gagasan wahdatul ‘ulum dalam pembangunan peradaban Islam. Ia meyakini kemajuan bisa diraih dengan elaborasi dan melahirkan temuan untuk masyarakat. Sehingga tumbuh kebanggaan lebih dalam untuk mengkaji dan mempelajari Alquran sebagai pedoman hidup.

Hadir pada malam peringatan Nuzulul Alquran itu, perwakilan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenag Sumatera Utara, para wakil rektor, para dekan dan wakil dekan, para pimpinan, kepala dan ketua lembaga dan unit di lingkungan UIN SU, direktur pascasarjana dan segenap civitas akademika kampus Islam negeri tersebut.

Bagikan Melalui Sosial Media :
X (Twitter)
Visit Us
YOUTUBE
INSTAGRAM
Skip to content