UINSU

Medan, (UIN SU)

Fakultas Ushuluddin & Studi Islam FUSI-UIN SU, menggelar Workshop Rencana Pembelajaran Semester (RPS) di Aula Coffe Rumah Ide Jl. Bilal Ujung Medan, sebagai bagian dari upaya peningkatan pelayanan dalam pengajaran, Sabtu (15/7)

Kegiatan ini bertema “Internalisasi Paradigma Wahdatul Ulum dalam Penyusunan RPS Berbasis MBKM & OBE” dengan kata kunci memadukan Wahdatul Ulum dengan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan Outcome Based Education (OBE) yang merupakan program kampus secara nasional.

Dekan FUSI Dr. Maraimbang Daulay, MA dalam sambutannya mengatakan sangat bergembira dengan pelaksanaan acara Workshop RPS tersebut. Bagi Dr. Maraimbang, pelaksanaan workshop ini mesti menjadi bagian dari upaya peningkatan standart RPS seterusnya standart pengajaran di FUSI secara khusus dan UIN SU secara umum.

Selain itu, Maraimbang juga berharap agar hasil Workshop ini sekaligus dapat menjadi bagian dari bahan yang dibutuhkan dalam kerja-kerja akreditasi menuju FUSI dengan Prodi Unggul.

Pada akhir sambutannya Dekan FUSI menegaskan bahwa masih terdapat kegiatan serupa atau yang mendukung kegiatan ini akan dilaksanakan oleh FUSI dalam waktu dekat seperti review kurikulum dan lainnya yang kesemuanya bermuara pada upaya perbaikan akreditasi prodi-prodi yang ada.

Hadir sebagai Narasumber dalam acara ini Prof. Dr. Candra Wijaya, M.Pd yang merupakan Guru Besar UIN SU dalam Bidang Manajemen Pendidikan, Dr. Muhammad Yusuf Harahap M. Sc yang adalah Dosen pada Pascasarjana UNIMED, serta Drs. Parluhutan Siregar, M. Ag meupakan Ketua Pusat Wahdatul Ulum Pertama UIN SU.

Dalam kesempatan tersebut Prof. Candra menegaskan bahwa inti dari MBKM adalah kemampuan kita merumuskan RPS berbasis luaran atau yang dikenal dengan Outcome Based Education (OBE). Lewat pendekatan ini diharapkan setiap Mata Kuliah benar-benar dapat menghasilkan luaran yang rasional, jelas, serta terukur. Selanjutnya Prof. Candra berharap agar penyusunan RPS di FUSI khususnya benar-benar serius memperhatikan hal tersebut.

Pada kesempatan lain Dr. Muhammad Yusuf Harahap, M. Sc berpandangan bahwa integrasi lebih mungkin diprakarsai oleh Studi Islam, sebab ilmu-ilmu keislaman tampaknya lebih terbuka terhadap integrasi. Lebih jauh, Dr. M. Yusuf berharap agar UIN SU atau FUSI secara khusus harus lebih berani menggagas penerapan integrasi yang lebih komprehensif yakni sejak penyusunan RPS.

Lebih jauh Dr. Yusuf menegaskan bahwa seorang Dosen di FUSI masih memerlukan keterampilan dalam membangun cara pandang yang lebih komprehensif melibatkan berbagai metode dan pendekatan (Natural Sciences, Social Sciences, and Humaniora Sciences) ketika melakukan riset-riset akademik demi terwujudnya budaya riset berbasis multidisipliner untuk selanjutnya menjadi dasar bagi aktualisasi Paradigma Wahdatul Ulum dalam kerja-kerja akademik di FUSI dan UIN SU secara umum.

Sementara itu, Drs. Parluhutan Siregar menegaskan bahwa project Internalisasi Paradigma Wahdatul Ulum dalam kerja-kerja akademik di Kampus UIN SU dan FUSI secara khusus tidak boleh dipandang telah usai, tetapi harus terus berkelanjutan. Sebab Project Wahdatul Ulum sendiri pada saatnya harus benar-benar eksis secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

Penyusunan RPS berbasis Wahdatul Ulum ini menurut Parluhutan Siregar, adalah langkah awal saja yang harus diikuti kemudian dengan kerja-kerja akademik yang lebih operasional.

Di akhir acara Workshop, peserta telah dapat menyusun beberapa RPS yang bercorak internalisasi nilai-nilai yang terkandung pada Wahdatul Ulum dalam RPS dengan tetap memperhatikan tuntutan MBKM dan OBE. Selanjutnya RPS hasil workshop ini lah yang akan jadi acuan dalam perbaikan RPS pada seluruh mata kuliah yang ada pada program sarjana FUSI.

Bagikan Melalui Sosial Media :
X (Twitter)
Visit Us
YOUTUBE
INSTAGRAM
Skip to content