UINSU

Medan (UINSU)
Rektor UIN Sumatera Utara Medan Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag menghadiri dialog antar agama dengan tajuk Resepsi antar Iman dan Peradaban (Interfaith and Intercivilizational Reception) di Hotel Pullman Jakarta Central Park, pada Rabu (10/07/2024).

Forum ini digelar oleh NU dan Kementerian Agama dengan menyambut kedatangan Imam Besar Al-Azhar Mesir Syekh Ahmad Al-Tayeb ke Indonesia dan juga dihadiri perwakilan Tokoh lima agama, Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo (Katolik), Pendeta Gomar Gultom (Kristen Protestan), Mulyadi Liang (Konghuchu), Jero Mangku Gede Pastika (Hindu), Bhante Sri Pannavaro Mahathera (Budha) serta dihadiri 1.800 orang yang dihadiri dari kalangan Ulama, Cendikiawan, Akademisi, Tokoh Bangsa, Tokoh Budaya.

Forum ini juga dihadiri hampir 300 Rektor Perguruan Tinggi dilingkungan NU dan lebih 1000 orang kader dari Muslimat NU, Ansor, Fatayat NU, Para Pelajar NU, serta murid-murid Al Azhar Mesir. Kegiatan ini juga diikuti secara virtual siaran langsung dan lebih dari 3 ribu titik di seluruh Indonesia dan keseluruhan ada lebih 300 ribu orang mengikuti kegiatan tersebut.

Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag yang juga merupakan Ketua LPTNU Sumatera Utara mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut mempunyai peran penting dalam membangun harmonis antara dunia Islam (Islamic World) dan Dunia agama lainnya di alam semesta ini (Other World Religions).

“Islam ini adalah agama yang damai (as-Salam), oleh karenanya NU dan Kemenag menjadi garda terdepan dalam membangun Komitmen Kesejahteraan Manusia (human welfare), terlebih lagi Islam mempunyai konsep Humanitarian Islam yang bertumpu pada basis Tasamuh (Toleransi), Tawasuth (Moderat/Pertengahan), dan Tawazzun (Keseimbangan).” katanya.

Lebih lanjut Prof. Nurhayati mengutarakan bahwa sebagaimana mengutip perkataan Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf bahwa peran NU di abad ke dunia ini harus sudah menjadi sentral membangun peradaban dunia. Itulah salah satu filosofi keinginan para Pendiri NU dan para Tokoh-Tokoh NU sepanjang masa.

Peradaban dunia dan kedamaian umat beragama sudah sangat fundamental, dan ini harus diwujudkan bukan hanya sekedar nyanyi-nyanyian tetapi harus realistis. Mengonsolidasi berbagai aspek dan mengkonstruksi organisasi NU diperlukan agar apa yang diukur bisa tercapai, pada akhirnya apa yang dilakukan Nahdlatul Ulama untuk peradaban dunia mempunyai dampak sistematik dan berkelanjutan.

“Akhirnya, NU dan Indonesia bisa menjadi kerangka dan pondasi dalam penerapan konsep Rahmatan Lil Alamin,” katanya.

Bagikan Melalui Sosial Media :
X (Twitter)
Visit Us
YOUTUBE
INSTAGRAM
Skip to content