UINSU

Parapat (UINSU)

Rencana strategis Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan pada 2025-2029 akan berfokus untuk menyusun keunggulan kampus pada level ASEAN, kendati demikian, renstra 2020-2024 dinilai tercapai dan terpenuhi karena UINSU menjadi kampus Islam paling diminati di Pulau Sumatera dan masuk 10 besar kampus Islam terbaik di Indonesia.

Demikian jelas Wakil Rektor I Bidang Akademik, Prof Dr Azhari Akmal Tarigan, MAg dalam sambutannya pada agenda penyusunan Renstra UINSU 2025-2029 di Hotel Khas Parapat, Senin (22/7). Penyusunan renstra periode 2025-2029 nantinya sebagai laporan evaluasi diri untuk menghadapi asesmen lapangan pada proses reakreditasi menuju unggul tahun ini.

Prof Akmal menjelaskan, pada renstra sebelumnya mempunyai tingkat ketercapaian dan keberhasilan sebesar 87 persen. Sejumlah capaian yakni UINSU menurut penilaian Kemenag masuk 10 besar kampus terbaik termasuk dalam jumlah peminat, begitu juga pada beberapa platform seperti UniRank dan EduRank, bahkan untuk jumlah guru besar, UINSU masih masuk top ten.

Kendati demikian, beberapa pekerjaan rumah masih perlu diperhatian, di antaranya kelas internasional yang belum terwujud, level akreditasi prodi hingga standar ISO. “Itu beberapa hal yang menjadi beban yang sedikit berat bagi kita. Untuk catatan, unit bisnis kita juga belum berkembang sedemikian rupa,” tukas Prof Akmal.

Ia menyimpulkan, secara umum, renstra 2020-2024 dengan indikator kompetisi dan keunggulan nasional dinilai tercapai dan berhasil. Pada pandangan yang lebih luas, rencana induk pengembangan (RIP) UINSU sebagai milestone capaian rentang 2015-2039 telah memuat berbagai rencana capaian pada ruang dan rekognisi yang ditentukan.

“Maka, untuk renstra 2025-2029 kita akan berkompetisi pada tingkat ASEAN. Agenda ini, kita menyusun strategi untuk keunggulan UINSU di level ASEAN,” tukas Prof Akmal, sembari menambahkan fokus dan konsentrasi penyusunan akan berkutat pada skema internasionalisasi. Internasionalisasi, jelasnya, juga merupakan amanah Kemenag, secara spesifik juga bagian dari renstra Ditjen Pendis dan Diktis yang menekankan pada muatan internasionalisasi kampus. Maka akan berpengaruh pada dimensi Tri Dharma perguruan tinggi yang berlaku di UINSU.

Beberapa target, yakni lulusan FEBI memenuhi standar untuk bisa mengisi kebutuhan tenaga kerja pada industri perbankan di tingkat ASEAN, begitu pula dengan kualitas dosen dan kurikulum yang harus direview atau diulas oleh lembaga-lembaga internasional bukan lagi lembaga akreditasi nasional. Hal ini, termasuk meningkatkan jumlah karya mahasiswa seperti skripsi harus lebih banyak memakai referensi berbahasa asing.

Lalu, untuk panggung ASEAN ini, penelitian dan program kemitraan masyarakat (PKM), publikasi ilmiah hingga studi banding juga harus dinaikkan levelnya, artinya melibatkan dan harus menembus negara-negara ASEAN. Aspek ini menjadi penting karena lebih sulit mencapai unggul kalau tidak bisa internasionalisasi kampus.

Penguatan visi

Poin berikutnya dalam penyusunan renstra ini yakni memastikan rencana pembukaan prodi baru, seperti di FST yang menawarkan tiga prodi baru yakni S-2 matematika, S-1 data sains dan S-1 agroteknologi, begitu juga dengan fakultas lain dan program pascasarjana.

Skema pengajuan akreditasi prodi juga harus menembus lembaga akreditasi internasional tidak lagi dalam negeri. Pada bagian itu, lembaga akreditasi internasional akan fokus pada pengembangan berbasis renstra. Makanya agenda ini penting untuk merancang renstra sedemikian rupa yang mengarah pada internasionalisasi kampus dan diteruskan pada program yang tepat dan renstra di tiap fakultas.

Pada acara ini, lanjut Prof Akmal, juga mengulas untuk perbaikan dan penyempurnaan statuta UINSU termasuk dalam hal penguatan visi kampus. Bagaimana visi sejalan dengan rencana induk pengembangan yang tersusun pada 2015-2039. Berbagai persoalan masih dihadapi, di antaranya anggaran atau dana penelitian yang masih kecil dibanding kampus dan lain, termasuk juga anggaran untuk giat PKM.

Lalu, visi yang menjadi opsi ke depan yang sudah masuk dalam RIP yakni ‘menjadi universitas unggul dan diakui dunia dalam mewujudkan masyarakat pembelajar yang berkontribusi terhadap kemandirian bangsa’. Hal ini mengikut tren banyak kampus yang tidak lagi memasukan konsep world class university (kampus kelas dunia) dalam renstra, namun tetap komitmen menjadi kampus unggul yang mendapatkan rekognisi atau pengakuan dunia.

Kepala Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UINSU Dr Muhammad Yafiz, MA selaku pelaksana kegiatan menyampaikan, agenda ini digelar 22-26 Juli 2024 diikuti para pimpinan kampus, para guru besar, para wakil rektor, para dekan dan wakil dekan dan pimpinan-pimpinan lembaga serta unit. Pertemuan juga memaparkan dan membahas program-program dan kegiatan serta agenda besar yang dirancang untuk 2024-2029 di UINSU Medan.

Acara ini, jelasnya, disajikan dalam rapat-rapat komisi membahas penyempurnaan status dan organisasi dan tata kerja (ortaker) kampus serta membahas rencana strategis dimaksud yang disajikan dalam dokumen draf. Diharapkan semua peserta bisa berkontribusi positif terhadap penyusunan renstra demi masa depan UINSU lima tahun ke depan. (Humas)

Bagikan Melalui Sosial Media :
X (Twitter)
Visit Us
YOUTUBE
INSTAGRAM
Skip to content