Surabaya (UINSU)
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan dan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dalam sebuah acara yang berlangsung di Surabaya pada Senin (24/02). Penandatanganan ini dihadiri oleh perwakilan dari kedua institusi sebagai bentuk komitmen dalam memperkuat kerja sama akademik dan riset.
Acara ini dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Pengembangan Lembaga UINSU, Prof. Dr. Muzakkir, M.A., serta Wakil Direktur Pascasarjana UINSU, Prof. Dr. Nurussakinah Daulay, M.Psi, Psi. Sementara dari pihak UNESA, hadir Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Prof. Dr. Mochamad Nursalim, M.Si., dan Prof. Dr. Andi Kristanto, S.Pd., M.Pd., beserta tim akademik dan para dosen yang memberikan dukungan penuh terhadap kerja sama ini.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Muzakkir, M.A., menekankan pentingnya kolaborasi ini dalam meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam pengembangan program magister dan doktor Teknologi Pendidikan di UINSU. “Kami datang ke UNESA untuk belajar dan berbagi mengenai program magister maupun doktor Teknologi Pendidikan (TP) yang akan dibuka oleh Pascasarjana UINSU. Dengan adanya kerja sama ini, kami berharap dapat mengembangkan kurikulum yang lebih relevan dan berbasis teknologi,” ujarnya.
Penandatanganan MoU ini menjadi langkah awal dalam implementasi berbagai program yang telah disepakati, termasuk seminar, workshop, serta proyek riset kolaboratif. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengembangan kurikulum berbasis teknologi, riset bersama, serta pertukaran dosen dan mahasiswa.


Setelah prosesi penandatanganan, Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Pengembangan Lembaga UINSU, Prof. Dr. Muzakkir, M.A., juga turut menyampaikan materi dengan tema “Kecerdasan Buatan dalam Perspektif Spiritual dan Pendidikan.” Dalam paparannya, beliau menegaskan bahwa kemajuan teknologi, khususnya kecerdasan buatan, tidak akan menghilangkan pekerjaan manusia. “Robot tidak akan menghilangkan pekerjaan. Tidak ada yang bisa menggantikan kecerdasan manusia yang lebih kreatif, fleksibel, dan mampu beradaptasi terhadap perubahan,” ujarnya.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa kecerdasan buatan harus dipahami sebagai alat yang membantu manusia dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks, bukan sebagai pengganti tenaga kerja manusia. Beliau juga membahas bagaimana integrasi kecerdasan buatan dalam dunia pendidikan dapat membantu menciptakan metode pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Dengan pemanfaatan teknologi yang bijak, dunia pendidikan dapat berkembang lebih pesat tanpa menghilangkan peran esensial manusia dalam proses belajar-mengajar.
Prof. Dr. Nurussakinah Daulay, M.Psi., juga menyampaikan materi berjudul “Teori Belajar dalam Pendidikan Masa Depan.” Dalam paparannya, beliau menyoroti tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan saat ini. “Dengan materi ini, saya berharap dapat membantu dosen dan guru dalam mengembangkan teori pembelajaran yang lebih holistik,” ungkapnya.
Kerja sama ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi kedua institusi dalam menciptakan inovasi pendidikan yang berkelanjutan serta meningkatkan daya saing akademik di tingkat nasional dan internasional. (Humas)
