Medan (UINSU)
Kamis, 13 Maret 2025 – Safari Ramadhan UIN Sumatera Utara (UIN SU) Medan kembali menyapa warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Pancur Batu. Memasuki hari keempat, suasana semakin terasa khidmat dengan tausiyah penuh hikmah yang membakar semangat para warga binaan untuk terus berbenah dan menjadi pribadi yang lebih baik. Meskipun narasumber yang dijadwalkan, Prof. Dr. Mesiono, M.Pd (Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN SU Medan), berhalangan hadir, tausiyah tetap berlangsung dengan penuh semangat oleh Dr. H. Hasrat Efendi Samosir, MA, selaku Wakil Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UIN SU Medan, didampingi oleh Dr. Adi Sucipto, MA. Kehadiran Kepala Sub Bagian Tata Usaha Lapas Kelas IIA Pancur Batu, Firman Bangun, SH, MH, beserta staf turut menambah nuansa kebersamaan dalam kegiatan ini.
Dalam tausiyahnya, Dr. Hasrat Efendi Samosir mengingatkan bahwa banyak tokoh besar dalam sejarah pernah merasakan hidup di balik jeruji. “Lihatlah Buya Hamka, yang dalam sunyi dan keterbatasan tetap berkarya dan melahirkan tafsir yang monumental. Nelson Mandela, yang menjadikan penjara sebagai tempat menempa dirinya menjadi pemimpin besar. Bahkan, Nabi Yusuf AS, yang pernah terpenjara namun tetap teguh dalam keimanan hingga Allah mengangkat derajatnya. Penjara bukan akhir dari segalanya, melainkan bisa menjadi awal dari perjalanan baru yang lebih baik,” ujarnya, membakar semangat para warga binaan.


Lebih lanjut, beliau menekankan bahwa Ramadhan adalah bulan muhasabah, bulan istighfar, waktu terbaik untuk mengoreksi diri. “Jangan sibuk melihat kesalahan orang lain, tetapi tengoklah diri sendiri. Apa yang bisa kita perbaiki? Bagaimana kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik? Ramadhan adalah kesempatan untuk membersihkan hati dan kembali kepada-Nya dengan penuh ketulusan,” lanjutnya dengan suara yang menggugah hati.
Dalam momen yang penuh makna ini, Dr. Hasrat Efendi Samosir juga mengingatkan betapa besar peran dan ridho orang tua dalam kehidupan seseorang. “Ridho Allah ada pada ridho orang tua, dan murka-Nya pun ada pada murka mereka. Jika ingin hidup penuh keberkahan, muliakanlah orang tua. Jika mereka masih hidup, berbaktilah. Jika telah tiada, panjatkan doa untuk mereka, karena doa anak yang saleh adalah hadiah terbaik yang terus mengalir bagi mereka di alam sana,” tuturnya dengan suara bergetar, membuat banyak warga binaan tertunduk haru.
Di penghujung tausiyahnya, beliau mengajak para warga binaan untuk tetap berjalan di jalan yang lurus. “Jangan pernah menyerah. Perbaiki diri, luruskan niat, dan jalani hidup dengan penuh kejujuran serta kebaikan. Kita semua berharap, ketika tiba waktunya nanti, kita dipanggil dalam keadaan husnul khatimah—dengan hati yang bersih dan amal yang cukup untuk menghadap-Nya,” katanya dengan penuh keteguhan.
Tausiyah yang disampaikan dengan semangat berapi-api ini membakar tekad para warga binaan untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Semangat itu semakin terasa saat doa bersama dilantunkan, menutup rangkaian Safari Ramadhan hari ini dengan keberkahan dan harapan yang semakin menyala. (Humas)


