Medan (UINSU)
Sabtu, 29 Maret 2025 – Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. KH. Nasaruddin Umar, kembali menunjukkan keteladanan sebagai seorang pemimpin dengan sikapnya yang memaafkan para demonstran yang sempat menyebarkan tuduhan tidak berdasar terhadap dirinya. Dengan penuh keikhlasan, beliau menerima permohonan maaf dari para pendemo dan mengajak semua pihak untuk lebih mengedepankan dialog dalam menyikapi perbedaan.
Sikap tersebut mendapat apresiasi luas dari berbagai kalangan, termasuk akademisi dan tokoh pendidikan Islam. Menteri Agama menegaskan bahwa dalam Islam, sikap pemaaf bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk kebesaran hati yang mampu meredam konflik dan membangun harmoni di tengah masyarakat.
Syahril, salah satu koordinator aksi, mengungkapkan penyesalannya setelah mengetahui fakta yang sebenarnya. “Kami merasa sangat bersalah atas apa yang kami lakukan, kami akui apa yang kami lakukan tidak mendasar dan tidak banar, semoga dengan kebesaran hati dan jiwa keteladanan Pak Menteri bisa memaafkan kami,” ujarnya.
“Saya tidak tahu siapa yang berada di balik semua ini. Demonstrasi yang tidak mendasar, serta sebaran foto dan video saya dengan narasi penuh kebencian, jelas tidak tepat. Amanah yang saat ini kami emban adalah amanah dari Presiden tanpa permintaan. Begitu pula dengan keberadaan kami sebagai imam Masjid Istiqlal, yang merupakan permintaan dari Presiden agar kami tetap menjadi imam besar. Semoga semua mendapat hidayah,” ujar Prof. Nasaruddin Umar dalam keterangannya.

Menanggapi hal ini, Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan, Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag., menyampaikan apresiasi atas sikap luhur yang ditunjukkan oleh Menteri Agama. Beliau menilai bahwa tindakan tersebut mencerminkan kepemimpinan yang bijaksana dan patut menjadi teladan bagi semua pihak.
“Keteladanan yang ditunjukkan oleh Menteri Agama menjadi bukti nyata bahwa seorang pemimpin harus memiliki kebesaran hati dalam menghadapi berbagai ujian, termasuk fitnah dan hoaks,” ujar Prof. Nurhayati dalam keterangannya di Medan, Sabtu (29/3).
Menurutnya, sikap pemaaf yang ditunjukkan oleh Prof. Nasaruddin Umar tidak hanya mencerminkan akhlak yang mulia, tetapi juga dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas, terutama generasi muda dan para akademisi di lingkungan perguruan tinggi Islam.
“Kita patut meneladani sikap beliau. Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk bersikap sabar dan lapang dada. Menteri Agama telah menunjukkan bagaimana seorang pemimpin harus merespons kritik dan tuduhan dengan sikap yang bijak dan penuh keikhlasan,” lanjutnya.
Prof. Nurhayati berharap keteladanan ini semakin memperkuat persatuan umat dan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. “Mari kita bersama-sama meneladani sifat-sifat mulia dalam Islam dan menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari,” tutupnya. (Humas)