UINSU

Medan (UINSU)

Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Medan menggelar peringatan 80 tahun kemenangan atas Jepang sekaligus kemenangan perang anti-fasis dunia pada Jumat, 22 Agustus 2025. Acara berlangsung khidmat dan dihadiri sejumlah tokoh penting, termasuk jajaran akademisi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan.

Pelaksana Konjen RRT di Medan, Xu Chunjuan, dalam sambutannya menekankan bahwa delapan dekade lalu bangsa-bangsa penyayang perdamaian bersatu untuk menentang agresor dan berhasil mengalahkan fasisme. Menurutnya, peringatan ini bukan hanya untuk mengenang sejarah, tetapi juga untuk menegaskan kembali pentingnya membangun masa depan bersama yang damai dan stabil. Xu juga menyampaikan bahwa di Beijing akan digelar upacara besar pada 3 September mendatang yang dipimpin langsung oleh Presiden Xi Jinping, sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan dan komitmen membangun peradaban dunia yang lebih baik.

Secara historis, perang anti-fasis dunia merupakan konflik paling luas di abad ke-20, melibatkan lebih dari dua miliar manusia di Asia, Eropa, Afrika, dan Oseania, dengan korban jiwa mencapai lebih dari 100 juta orang. Dari jumlah tersebut, rakyat Tiongkok menjadi salah satu yang paling besar menanggung penderitaan, dengan korban hingga 35 juta jiwa selama 14 tahun perlawanan. Kontribusi ini dinilai sebagai salah satu faktor utama kemenangan dunia melawan fasisme.

Xu juga mengingatkan bahwa sejarah perlawanan tersebut berhubungan erat dengan dokumen-dokumen penting dunia pascaperang seperti Deklarasi Kairo dan Potsdam yang menegaskan pengembalian Taiwan, serta Resolusi 2758 PBB yang menegaskan prinsip “Satu Tiongkok” dalam hukum internasional. Selain itu, ia menyoroti kontribusi diaspora Tionghoa di Sumatera yang turut aktif dalam mendirikan organisasi anti-Jepang seperti Perhimpunan Anti-Jepang Tionghoa Perantauan Sumatera dan Liga Anti-Fasis Rakyat Sumatera.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor UINSU, Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag. memberikan apresiasi atas terselenggaranya peringatan tersebut. Ia menegaskan bahwa refleksi sejarah sangat penting bagi bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk terus menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan menjauhi segala bentuk peperangan. Rektor juga berharap agar hubungan antara Indonesia dan Tiongkok semakin erat, baik dalam bidang akademik maupun kerja sama internasional yang berkontribusi bagi perdamaian global.

Kehadiran UINSU juga semakin kuat dengan partisipasi Ketua Pusat Layanan Internasional, Prof. Dr. Ansari Yamamah, yang menjadi salah satu pembicara dalam diskusi panel. Kiprah ini mencerminkan komitmen UINSU untuk memperkuat jaringan kerjasama lintas negara serta memperluas kontribusi akademisi dalam ranah diplomasi publik.

Acara turut dihadiri perwakilan akademisi dari universitas lain, para tokoh masyarakat, serta jurnalis yang pernah berkesempatan mengikuti program kunjungan ke Tiongkok. Suasana peringatan berlangsung penuh refleksi dan kebersamaan, seraya meneguhkan kembali pesan utama bahwa perdamaian adalah warisan paling berharga dari sejarah umat manusia.

Partisipasi UINSU dalam kegiatan internasional ini menegaskan peran penting perguruan tinggi sebagai jembatan persahabatan antarbangsa. Melalui kehadiran para akademisinya, UINSU tidak hanya menunjukkan kiprah di tingkat lokal, tetapi juga memperkuat posisi di kancah global dengan membawa semangat perdamaian, kerjasama, dan persaudaraan antarbangsa. (Humas)

Skip to content