UINSU

Medan (UINSU)
Politeknik Pariwisata Medan menggelar Kuliah Kebangsaan pada Jumat, 12 September 2025 di Auditorium Rektorat Baru, dengan menghadirkan dua narasumber utama yakni Kolonel Chk Fredy Ferdian Isnartanto, S.H., M.H. (Kepala Pengadilan Militer I-04 Palembang) dan Prof. Dr. Muzakkir, M.Ag. (Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Pengembangan Lembaga UINSU Medan). Kegiatan ini merupakan salah satu realisasi dari kerja sama (MoU) antara UIN Sumatera Utara (UINSU) Medan dengan Politeknik Pariwisata Medan, yang bertujuan memperkuat wawasan kebangsaan serta mendorong pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan.

Direktur Politeknik Pariwisata Medan, Dr. Ngatemin, S.Pd, M.Si., dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan ini penting untuk membangun kesadaran nasionalisme di kalangan mahasiswa, terutama yang akan menjadi garda terdepan dalam sektor pariwisata. Hadir pula jajaran pimpinan Poltekpar, yakni Dr. Dewi Yanti, S.Kom, M.Kom (Wakil Direktur I Bidang Akademik), Dr. Rahmat Darmawan, SS, M.Hum (Wakil Direktur II Bidang Administrasi Umum), serta Dr. Femmy Indriani Dalimuthe, M.Si, CHE (Wakil Direktur III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni).

Dalam paparannya, Prof. Dr. Muzakkir, M.Ag., mengangkat tema “Penguatan Ekoteologi dalam Pengelolaan Destinasi Pariwisata.” Ia menekankan pentingnya integrasi antara Tuhan, manusia, dan alam sebagai dasar dalam membangun pariwisata yang berkelanjutan. Menurutnya, kerusakan lingkungan yang marak terjadi saat ini harus menjadi peringatan agar manusia tidak lagi mengeksploitasi alam secara berlebihan.

Prof. Muzakkir menjelaskan bahwa ekoteologi menempatkan alam sebagai barakah, ayat, dan sarana mi’raj bagi manusia. “Kita harus memandang alam sebagai cermin kebesaran Tuhan. Jika manusia gagal menjaga alam, maka eksistensinya sebagai khalifah di muka bumi menjadi tidak bermakna,” ujarnya. Ia juga menekankan nilai cinta lingkungan, zuhud (menahan diri dari eksploitasi), serta ma’rifat (bersahabat dengan alam) sebagai fondasi etika dalam pengelolaan destinasi pariwisata.

Lebih jauh, ia mengingatkan pentingnya kurikulum berbasis cinta yang digagas Kementerian Agama, meliputi cinta kepada Tuhan, Rasul, diri sendiri, sesama, lingkungan, serta bangsa dan negara. Hal ini, menurutnya, relevan untuk membangun karakter ASN maupun generasi muda yang berperan menjaga persatuan nasional sekaligus mendukung pariwisata berkelanjutan.

Sementara itu, Kolonel Chk Fredy Ferdian Isnartanto, S.H., M.H., membawakan materi tentang “Peran ASN dalam Menjaga Persatuan Bangsa.” Ia menekankan bahwa setiap aparatur sipil negara adalah pemimpin pada bidangnya masing-masing dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. “Kepemimpinan bukan sekadar jabatan, melainkan amanah yang menuntut integritas, disiplin, dan keberanian mengambil keputusan,” tegasnya.

Fredy juga menyoroti pentingnya organisasi dan struktur kepemimpinan yang kuat dalam birokrasi. Menurutnya, ASN harus menjadi teladan dalam menjaga persatuan bangsa, terutama di era digital yang rawan disinformasi dan polarisasi sosial. Ia menekankan bahwa kepemimpinan yang baik bukan hanya mengatur, tetapi juga memberi inspirasi dan keyakinan kepada tim.

Dalam penjelasannya, Fredy mencontohkan praktik kepemimpinan di militer yang menekankan disiplin, loyalitas, dan kerja sama tim. Nilai-nilai tersebut, menurutnya, sangat relevan untuk diterapkan oleh ASN dalam menghadapi tantangan bangsa, termasuk dalam sektor pariwisata yang memerlukan sinergi lintas instansi dan masyarakat.

Melalui kuliah kebangsaan ini, diharapkan mahasiswa Poltekpar Medan tidak hanya dibekali dengan keterampilan teknis pariwisata, tetapi juga nilai-nilai kebangsaan, etika lingkungan, serta kepemimpinan yang visioner.

Kegiatan ini menegaskan bahwa pembangunan pariwisata nasional tidak bisa dilepaskan dari penguatan wawasan kebangsaan, kepemimpinan ASN, serta kesadaran ekoteologi. Dengan sinergi akademisi, praktisi, dan aparatur negara, sektor pariwisata Indonesia diyakini mampu berkembang lebih berkelanjutan dan tetap menjaga persatuan bangsa. (Humas)

Skip to content