Medan (UINSU)
Ribuan santri dari berbagai penjuru Indonesia mengikuti acara nasional bertajuk Doa Santri untuk Negeri pada Selasa malam, 21 Oktober 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Santri Nasional 2025 yang digelar Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. Acara yang berlangsung secara hybrid dari Masjid Istiqlal Jakarta ini dihadiri langsung oleh Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A., dan diikuti secara daring oleh ribuan santri, pimpinan pesantren, serta pimpinan perguruan tinggi keagamaan Islam negeri di seluruh Indonesia.
Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan, Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag. bersama jajaran pimpinan universitas turut serta mengikuti kegiatan ini secara daring melalui Zoom Meeting, sesuai dengan undangan resmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI. Kehadiran pimpinan UINSU dalam kegiatan Doa Santri untuk Negeri menjadi bentuk dukungan nyata terhadap semangat kebersamaan dan kekhidmatan doa yang digelorakan oleh santri di seluruh tanah air demi keselamatan bangsa, persatuan umat, serta penghormatan bagi para santri yang wafat dalam musibah di Pondok Pesantren Al Khazini, Sidoarjo.


Acara dibuka dengan shalat Isya berjamaah, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an bertema “Kesabaran dan Pertolongan Allah”, laporan dari Dirjen Pendidikan Islam Prof. Dr. H. Amien Suyitno, M.Ag., serta sambutan utama oleh Menteri Agama RI. Dalam sambutannya, Menag Nasaruddin Umar menegaskan bahwa kesantunan merupakan ciri utama pendidikan pesantren. “Santri yang santun kepada kiainya akan menjadi anak yang santun kepada orang tuanya, dan masyarakat yang santun terhadap pemimpinnya,” ujarnya.
Menag menekankan bahwa pendidikan di pesantren tidak hanya menekankan aspek keilmuan, tetapi juga pembentukan akhlak dan karakter yang luhur. “Kesantunan dan keikhlasan adalah fondasi moral yang menjadikan santri berbeda dari yang lain. Apa yang datang dari lubuk hati yang terdalam, akan sampai pula ke lubuk hati yang terdalam,” tuturnya. Ia juga mengingatkan bahwa sejak abad ke-13, pesantren telah menjadi garda terdepan dalam membina keadaban publik masyarakat Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Menag mengapresiasi kemandirian pesantren di seluruh Indonesia yang telah berdiri tanpa mengandalkan dana negara. “Tidak ada satu pun pesantren yang negeri. Semua berdiri di atas kaki sendiri, tanpa pamrih, dengan keikhlasan luar biasa dalam mendidik dan melayani umat,” ungkapnya. Ia juga menyinggung rencana pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren di lingkungan Kementerian Agama sebagai langkah konkret dalam memperkuat kelembagaan dan peran pesantren di masa depan.
Acara yang berlangsung hingga pukul 21.45 WIB tersebut juga diisi dengan lantunan Mahalul Qiyam dan Barzanji oleh tim hadrah, doa bersama yang dipimpin oleh delapan kiai dari delapan penjuru nusantara, serta mau‘idzah hasanah dan doa penutup oleh KH. Miftachul Akhyar, Rais ‘Aam PBNU. Kegiatan ini diikuti secara khusyuk oleh seluruh peserta, baik yang hadir di Masjid Istiqlal maupun secara daring melalui sambungan Zoom yang menghubungkan ribuan titik partisipan di seluruh Indonesia.



Rektor dan pimpinan UINSU yang mengikuti kegiatan ini dari Medan menyampaikan bahwa momentum Doa Santri untuk Negeri menjadi ajang mempererat sinergi antara perguruan tinggi Islam dan pesantren. Keduanya memiliki peran penting dalam membangun generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak dan beradab. Partisipasi aktif UINSU dalam acara ini juga mencerminkan dukungan penuh terhadap pesan moral yang disampaikan oleh Menteri Agama tentang pentingnya menjaga kesantunan dalam dunia pendidikan dan kehidupan sosial.
Selain itu, kehadiran daring pimpinan UINSU menegaskan komitmen universitas untuk terus mendukung nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin serta memperkuat hubungan kelembagaan dengan pesantren di Sumatera Utara. Rektor UINSU berharap kegiatan seperti ini terus dilaksanakan secara berkesinambungan agar menjadi pengingat bersama akan pentingnya doa, adab, dan kebersamaan dalam menjaga keutuhan bangsa.
Melalui kegiatan ini, pesantren, santri, dan perguruan tinggi Islam diharapkan dapat terus bersinergi membangun generasi penerus yang berilmu, berakhlak, serta mampu menjadi pelopor dalam menjaga keadaban dan kesantunan di tengah masyarakat. Semangat Doa Santri untuk Negeri menjadi bukti bahwa spiritualitas dan keilmuan dapat berjalan seiring sebagai kekuatan moral bangsa Indonesia. (Humas)