Medan (UINSU)
Jum’at, 21 Maret 2025 – Safari Ramadhan UIN Sumatera Utara (UIN SU) Medan yang berlangsung selama dua pekan di Lapas Kelas IIA Pancur Batu resmi ditutup dengan penuh khidmat. Kegiatan hari terakhir ini dihadiri oleh Prof. Dr. H. Azhari Akmal Tarigan, M.Ag, Wakil Rektor Bidang Akademik UIN SU Medan, TRIBOWO, A.Md, S.Sos, M.Si, Kalapas Kelas IIA Pancur Batu, serta Firman Bangun, S.H, M.H, Kasubbag Tata Usaha Lapas Kelas IIA Pancur Batu. Dr. Adi Sucipto, MA masih turut serta mendampingi hingga hari terakhir kegiatan Safari Ramadhan ini. Acara ini menjadi momen refleksi dan kebersamaan yang mempererat hubungan antara akademisi dan warga binaan.
Sebagai puncak kegiatan, tausiyah penutup disampaikan oleh Prof. Dr. H. Azhari Akmal Tarigan, M.Ag, yang menekankan pentingnya keikhlasan dalam beramal serta bagaimana Ramadhan menjadi momentum untuk memperbaiki diri. Beliau mengajak warga binaan untuk terus memperkuat keimanan dan optimisme, serta memahami bahwa segala ketetapan Allah memiliki hikmah yang mendalam. Dalam ceramahnya, beliau menekankan bahwa keikhlasan dalam beramal bukan berarti tanpa harapan, melainkan hanya mengharap ridho Allah semata. Selain itu, beliau juga mengajak warga binaan untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam menghadapi segala situasi hidup, termasuk dalam keterbatasan di dalam lapas.


Setelah tausiyah, sesi tanya jawab berlangsung dengan antusias. Salah satu pertanyaan menarik yang diajukan adalah mengenai kewajiban zakat bagi narapidana. Narasumber menjelaskan bahwa zakat hanya diwajibkan bagi mereka yang memiliki penghasilan, sementara warga binaan yang tidak bekerja terlepas dari kewajiban tersebut. Selain itu, muncul juga pertanyaan tentang pengalaman warga binaan yang menerima surat cerai selama menjalani masa hukuman. Narasumber menjelaskan bahwa dalam kasus gugatan cerai, masa iddah tidak berlaku, dan yang terbaik adalah menghadapi situasi tersebut dengan keikhlasan menerima takdir yang Allah telah putuskan serta sikap yang lapang. Diskusi tersebut menjadi semakin menarik karena memberikan wawasan dan pemahaman baru bagi para warga binaan mengenai hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari.Safari Ramadhan UIN SU Tinggalkan Jejak Kebaikan di Lapas.
Setelah sesi tausiyah dan tanya jawab, acara dilanjutkan dengan penyampaian kata sambutan. Prof. Dr. H. Azhari Akmal Tarigan, M.Ag menyampaikan salam ta’zim dari Rektor Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag dan apresiasi atas kerja sama yang telah terjalin antara UIN Sumatera Utara dan Lapas Kelas IIA Pancur Batu. Beliau menegaskan bahwa UIN SU memiliki komitmen tinggi dalam memberikan pengabdian kepada masyarakat demi mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi, termasuk kepada warga binaan. Sementara itu, Tribowo menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas kehadiran para akademisi UIN SU selama dua pekan ini. Beliau menegaskan bahwa bulan Ramadhan adalah awal dari perjuangan sejati, dan tantangan terbesar adalah mempertahankan kebiasaan baik setelahnya.
Momen haru terjadi ketika salah satu warga binaan, ZF, mewakili peserta Safari Ramadhan menyampaikan kesan dan pesan. Ia mengungkapkan bahwa kehadiran UIN Sumatera Utara telah memberikan semangat baru bagi mereka yang berada di dalam lapas. Ia juga menegaskan bahwa mereka bukanlah sampah masyarakat, melainkan individu yang sedang menjalani proses pembinaan untuk menjadi lebih baik. Kata-katanya penuh harapan dan semangat, menginspirasi warga binaan lainnya untuk terus memperbaiki diri dan menjadikan pengalaman di lapas sebagai titik balik kehidupan mereka.


Sebagai tanda apresiasi dan kenang-kenangan, warga binaan menyerahkan karya seni hasil tangan mereka kepada UIN Sumatera Utara. Piagam penghargaan juga diberikan sebagai simbol kerja sama yang telah terjalin. Selain itu, pihak lapas dan UIN SU juga berkomitmen untuk terus menjalin kerja sama dalam pembinaan keagamaan bagi warga binaan. Acara pun ditutup dengan doa bersama, memohon keberkahan dan rahmat Allah di bulan suci Ramadhan ini.
Dengan berakhirnya Safari Ramadhan ini, diharapkan semangat ibadah dan pembinaan diri yang telah ditanamkan dapat terus berlanjut, bukan hanya di bulan Ramadhan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini membuktikan bahwa dakwah dan pendidikan tidak mengenal batas, dan setiap individu berhak mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah. (Humas)

