Medan (UINSU)
Dalam momentum bulan suci Ramadan ini, hendaknya dijadikan sebagai wahana sekaligus ruang pelatihan untuk berbenah diri, muhasabah atas segala kinerja dan pengabdian dan berupaya meningkatkan kualitas, sehingga target peraihan akreditasi institusi unggul dapat tercapai.
Demikian jelas Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan Prof Dr Nurhayati, MAg melalui Wakil Rektor II Bidang AUPK Dr Abrar M Dawud Faza, SFil, MA dalam peringatan malam Nuzulul Alquran di Masjid Ulul Albab, kampus I Jalan IAIN, Medan Timur, Medan, Kamis (28/3) malam usai Salat Tarawih. “Melalui momentum Ramadan ini, kita tetap berbenah diri, sama-sama muhasabah, memperbaiki dan meningkatkan kinerja. Mudah-mudahan tahun ini UINSU meraih akreditasi institusi unggul. Akreditasi unggul harga mati,” seru Dr Dawud Faza.
Pada malam peringatan turunnya Alquran itu, dihadiri Ketua Senat UINSU Prof. Dr. Pagar, M.Ag. Wakil Rektor I Bidang Akademik Prof. Dr. Azhari Akmal Tarigan, MAg, para guru besar di antaranya Prof. Dr. Hasyimsyah Nasution yang didaulat sebagai penceramah, lalu Prof. Dr. Zainul Fuad, Prof. Dr. Mesiono, Prof. Dr. Abdullah, Prof. Dr. Syukur Kholil dan lainnya. Lalu hadir para dekan, wakil dekan, ketua dan kepala lembaga serta unit di lingkungan UINSU, Kepala LPPM, para dosen dan tenaga kependidikan dan segenap sivitas kampus.
Dengan Ramadan yang dibalut dengan peringatan Nuzulul Alquran ini, jelasnya, diharapkan jangan hanya dimaknai sebagai agenda tahunan biasa. Namun dijadikan sebagai media peningkatan kualitas kerja dan pengabdian, memberikan semangat untuk bekerja lebih baik sehingga bisa mewujudkan AIPT unggul pada 2024 ini.
Penceramah dalam kesempatan itu, Prof Hasyimsyah menyampaikan, sebagai guru besar yang berpuluh tahun mengabdi di UINSU untuk pengembangan ilmu pengetahuan, ia mengajak seluruh sivitas menamamkan kecintaannya terhadap lembaga UINSU. Selain sebagai tempat mengabdi, juga sebagai wahana untuk menyebarluaskan dan menguatkan syiar dakwah Islam. Ia memastikan, sebagai pendidik yang juga fokus pada pemikiran, tidak akan menghasilkan insan akademis yakni mahasiswa yang sekuler dan liberal.
Terkait turunnya Alquran, Prof Hasyimsyah mengulas dari berbagai pandangan dan perspektif tentang kajian Nuzulul Alquran sebagai kitab suci agama Islam, juga sebagai mu’jizat yang melekat dari riyawat hidup Nabi Muhammad SAW yang merupakan nabi terakhir atau penutup nabi (last messenger). Ia memaparkan pemahaman tentang mu’jizat yang berarti melemahkan atau dalam arti yang lebih luas ialah sesuatu peristiwa yang mengalahkan atau melampaui batas-batas kebiasaan di tengah manusia.
Mu’jizat ini, katanya, melekat dan mengiringi keabsahan dan melegitimasi kenabian dan kerasulan. Yang juga ditemui dalam perjalanan hidup Baginda Nabi Muhammad SAW. Dalam contoh yang umum, dibahas dalam kitab-kitab suci, yang terkenal seperti mi’jizat Nabi Musa yang tongkatnya berubah menjadi ular, hingga tongkatnya yang bisa membelah Laut Merah. Sama halnya dalam kisah Maryam yang mengandung Isa tanpa ayah juga merupakan suatu mu’jizat, termasuk kisah Nabi Daud dan lainnya. Dalam hal ini, Nabi Muhammad mempunyai mu’jizat ialah Alquran yang diturunkan secara bertahap dan dijaga serta dipelihara sejak turun hingga akhir zaman.
Berbeda dengan kasus nabi-nabi lain, lanjutnya, mu’jizat dalam bentuk Alquran ini, menurut Prof Hasyim hanya bisa diakses atau dirasa jika dibaca. Dalam kata lain, hanya orang-orang yang dekat dengan Alquran bisa mengerti isinya dan memberikan inspirasi. Seperti yang dilakukan para ulama, mengulas intisari Alquran dan menghasilkan pemikiran-pemikiran.
Lalu, ia menjelaskan, membaca Alquran tidak semata-mata berkaitan dengan aspek indrawi saja. Namun untuk memperoleh kandungannya, diperlukan pendekatan pada aspek makna dan penghayatan yang melekat pada tiap hembusan napas. Kendati demikian, ia menegaskan, yang paling tahu makna Alquran ialah hanya Allah SWT, maka tiap perbedaan dalam pemahaman dan kajian Alquran adalah hal yang lazim, tidak bisa dihindari.
Pada akhirnya, Prof Hasyimsyah menyimpulkan, kemu’jizatan Alquran itu harus banyak-banyak diserap sehingga betul-betul menjadi mu’jizat bagi kita dan bisa berpengaruh terhadap pembentukan dan pengarahan peradaban. Tanggung jawab kita untuk menghadirkan Islam sebagai rahmah yang saling berkasih sayang sesama manusia dengan memaknai Alquran. Dengan sebenar-benar pemahaman.
Dalam implikasinya bagi lembaga UINSU Medan, Prof Hasyim menekankan, agar menjaga kelembagaan UINSU, mempertahankan, menjaga kehormatannya bahkan dibuat lebih terpandang dan maju. Dengan semua potensi, termasuk guru besar yang semakin banyak bisa memberikan masukan terbaik, dengan landasan kemu’jizatan Alquran. Menyerap anugerah Tuhan dan wahyu-Nya, ilmu-Nya dan kasih sayang-Nya, supaya UINSU bisa tampil sebagai sebenar-benar khalifah di muka bumi.
Melalui momen peringatan Nuzulul Alquran ini, jelasnya, agar semakin dekat dengan Alquran dan diarahkan berdampak pada kinerja dan pengabdian di UINSU. Memperkuat silaturahmi sesama sivitas kampus, terpenting saling berkasih sayang sebagai penanda kemu’jizatan Alquran yang penuh dengan kasih sayang kepada seluruh sivitas. Memberikan pelayanan lebih baik dan berbuat yang lebih maksimal dari sebelumnya. Di ujung ceramahnya, ia mendoakan agar UINSU Medan menjadi lembaga yang mengayomi dengan insan yang saling berkasih sayang dan mampu mengatasi berbagai persoalan (Humas)