Medan (UINSU)
Jum’at, 14 Maret 2025 – Safari Ramadhan UIN Sumatera Utara (UIN SU) Medan terus menyinari hati para warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Pancur Batu. Memasuki hari kelima, semangat untuk menggali ilmu dan memperbaiki diri semakin terasa. Kali ini, tausiyah dibawakan oleh Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum, Dr. Syafruddin Syam, M.Ag, didampingi oleh Dr. Adi Sucipto, MA. Meski tidak ada perwakilan dari pihak Lapas yang hadir mendampingi, suasana kekeluargaan tetap kental terasa. Bahasa yang lembut dan penyampaian yang menggugah hati dari narasumber membuat banyak warga binaan terhanyut dalam renungan mendalam.
Dalam tausiyahnya, Dr. Syafruddin Syam mengangkat tema utama tentang makna Ramadhan sebagai bulan Al-Qur’an. “Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga momentum untuk kembali kepada pedoman hidup kita, yakni Al-Qur’an. Inilah saat terbaik untuk semakin dekat dengan kitab suci yang menjadi petunjuk bagi umat manusia,” ungkapnya dengan nada teduh.


Lebih lanjut, beliau menyinggung makna musibah dalam perspektif Al-Qur’an. “Kita sering menganggap musibah sebagai bentuk kehancuran dan kemurkaan. Padahal, sesungguhnya musibah adalah nikmat yang Allah berikan untuk menguatkan iman kita. Lihatlah Nabi Ayyub AS yang diuji dengan kehilangan harta dan kesehatan, tetapi tetap teguh dalam kesabaran. Begitu pula dengan Nabi Yusuf AS yang pernah terpenjara, namun akhirnya diangkat derajatnya oleh Allah. Musibah bukanlah akhir dari segalanya, melainkan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya,” ujarnya dengan penuh makna.
Beliau juga menekankan bahwa dalam kehidupan, syukur dan sabar adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. “Syukur tidak pernah berjalan sendiri. Akan selalu ada sabar yang menyertainya. Ketika kita mendapat nikmat, kita bersyukur. Namun, ketika diuji, kita harus bersabar. Sabar adalah pelengkap dari rasa syukur, karena keduanya merupakan kunci menuju kebahagiaan sejati,” jelasnya, membuat banyak warga binaan mengangguk setuju.
Suasana tausiyah semakin hidup ketika sesi tanya jawab dibuka. Beberapa warga binaan dengan antusias mengajukan pertanyaan yang menggugah diskusi semakin menarik. Tak hanya itu, Dr. Syafruddin Syam juga memberikan bingkisan buku kepada mereka yang bertanya maupun yang berhasil menjawab pertanyaan, sebagai bentuk apresiasi dan motivasi untuk terus belajar.


Yang mendengarkan ceramah bukan hanya para warga binaan di dalam masjid yang mengenakan baju koko putih saja, tetapi juga mereka yang berada di luar masjid. Meskipun hanya mengenakan celana pendek dan pakaian seadanya, mereka tetap duduk dengan penuh perhatian dan antusias dalam menyimak setiap kata yang disampaikan oleh penceramah. Hal ini menunjukkan betapa besar ketertarikan dan hausnya mereka akan ilmu agama, meskipun dalam kondisi yang serba terbatas.
Pada akhirnya, tausiyah yang disampaikan dengan penuh kelembutan ini berhasil menggugah hati para warga binaan. Banyak di antara mereka yang larut dalam perenungan, berharap bisa memperbaiki diri dan menjalani hidup dengan lebih baik. Kegiatan hari ini pun ditutup dengan doa bersama, memohon keberkahan di bulan suci ini dan berharap cahaya Ramadhan tetap menyinari hati mereka, meskipun berada di balik jeruji. (Humas)
